Penyesalan Seorang Wanita
Time : 12.59 Sunday, 28 April 2019
#Cerita #Cinta
Penulis : Anas AR
Judul : Penyesalan Seorang Wanita
#Cerita #Cinta
Penulis : Anas AR
Judul : Penyesalan Seorang Wanita
DAM ROKA, Anas AR dan Nia, 08/06/19 |
Menatap Keindahan Alam sekitar, DAM ROKA, 2019 |
Introduce
The main character :
Dinda : cantik, kaya, egois, baik, dan pintar “cewek idaman para laki-laki”
Ferdy : kaya, tampan, kasar, play boy “pacar Dinda”
Indra : pintar, miskin, soleh, dan baik hati “sangat mencintai Dinda”
Additional Figures :
Diana : baik, cerewet, dan kaya “sahabat baik Dinda”
Ricky dan Rama : sahabat Ferdy
Deskripsi :
Dinda adalah cewek yang paling cantik di sekolahnya, selain pintar dia juga sangat kaya raya, banyak sekali laki-laki yang ingin mendapatkan cintanya, namun tidak ada yang berani mendekatinya, karena Dinda sudah memiliki pacar, dan pacarnya adalah Ferdy , dia merupakan siswa yang sangat ditakuti di sekolah itu. Ferdy sering ikut tawuran dengan kedua temannya Ricky dan Rama. Dinda sangat mencintai Ferdy, tapi Ferdy sendiri hanya menjadikan Dinda sebagai permainannya. Diana adalah sahabat baik Dinda, kadang semua masalahnya, dia hanya berbagi ke Diana. Selain suka tawuran Ferdy juga sering gonta-ganti pacar, tanpa sepengetahuan Dinda. Sedangkan Indra merupakan sosok laki-laki yang selalu memperhatikan Dinda dari jauh, dia sangat mencintai Dinda, tapi sayangnya Dinda tidak pernah menganggap Indra ada. Setelah selesai lulus sekolah menengah pertama Dinda dan Ferdy masuk di sekolah menengah Atas di tempat yang sama, dan Indra masuk di SMA yang berbeda dengan mereka. Saat masa-masa SMA Ferdy sering mengajak Dinda ikut tawuran dengan SMA sebelah, saat itu Dinda luka parah, dan Ferdy malah kabur meninggalkan Dinda sendirian dengan kondisi yang sangat parah. Saat itu Indra melihat Dinda dan membawanya ke rumah sakit. Orang tua Dinda sangat khawatir dengan kondisi anaknya yang kritis. Saat kejadian itu Indra mendapat amanat dari orang tua Dinda untuk menjaga Dinda selamanya. Setelah mengetahui kalau dirinya mau di jodohkan dengan Indra dia sangat sedih dan kecewa dengan orang tuanya, Dinda malah masih mencintai Ferdy cowok yang tidak bertanggung jawab itu. Sampai akhirnya Dinda sangat menyesali semua perbuatan yang dia lakukan pada Indra suaminya.
Agar tidak penasaran, jangan lupa ya baca ceritanya ya!!!
Cerita itu sangat sedih dan romantis guys
Part 1
Di Kota Bima seorang rejama cantik ini tinggal di rumah yang mewah, dia memiliki banyak mobil mewah, setiap hari dia sering ganti mobil mewahnya untuk berangkat ke sekolah. Setiap kali Dinda turun dari mobil mewanya, semua pandangan siswa dan siswi lain melihat ke arahnya. Pada saat dia turun dari mobil ada pacarnya Ferdy dan teman-temannya, sedangkan Indra hanya memberhatikan Dinda dari jauh. Hy sayang, gimana kabarnya “tanya Ferdy ke Dinda pacarnya”. Baik kok sayang!! “sahut Dinda”. Di kejauhan Indra memikirkan sesuatu, cantik bangat itu cewek, mimpi kali gua bisa milikin dia ya “batin. Setelah itu Ferdy mengajak Dinda masuk ruangan di ikuti kedua temannya Diana, Ricky dan Rama. Pada saat itu sedang ulangan, semalam Dinda lupa belajar. Fer gimana nih, semalam gua lupa belajar!!. Bentar sayang aku juga semalam gak belajar “jawab Ferdy, “kebingungan dengan soal-soal ulangan”. Indra yang sudah selesai mengerjakan ulangan langsung ke depan untuk mengumpulkan jawabannya. Nih, jawaban no 1-10 “membisikan bahwa di kertas yang dia berikan itu jawabannya”. Akhirnya Dinda tertolong juga dengan jawaban yang diberikan Indra. Setelah selesai mengerjakan ulangan semua siswa boleh langsung pulang. Din aku tunggu di mobil ya?? “Ferdy ingin mengajak Dinda pulang bareng”. Eh, sorry Fer aku ada urusan soalnya. Tiba-tiba ada telpon masuk, Ferdy langsung mengangkatnya. Hey pecundang, kalau loe berani datang kesini. Setelah selesai menerima telepon Ferdy langsung mengumpulkan semua teman-temannya untuk tawuran, karena dia merupakan ketua gengnya. Sedangkan Dinda pulang, sebelum pulang Dinda melihat laki-laki yang membantu dia mengerjakan ulangan tadi. Hey!!! “memberhentikan mobilnya”. Laki-laki itupun berhenti, dan mendekati mobil Dinda. Maaf mbak, kenapa ya?? “tanya laki-laki itu heran”. Loe kan yang kasih jawaban ulangan tadi?? “tanya Dinda ke laki-laki itu”. Iya mbak “sahut laki-laki itu”. Loe mau kemana?? “tanya Dinda lagi, sambil membuka pintu mobilnya”. Mau pulang mbak “jawab laki-laki itu”. Ya udah bareng gue aja, dan loe gak boleh nolak “Dinda sedikit mengancam”. Karena dipaksa akhirnya laki-laki itu langsung naik ke mobil. Oh iya nama siapa?? “sambil menyodorkan tangan ke arah laki-laki tadi”. Ya Allah mimpi apa ya gue semalam bisa dekat dan ngobrol gini sama cewek yang selama ini gue idam-idamkan “batin sambil ngelamunin si Dinda”. Kok loe malah ngelamun sih “mencoba menyadarkan laki-laki itu”. Eh sorry, nama gue Indra “membalas salaman dari Dinda”. Oh iya, makasih ya bantuannya tadi “sambil tersenyum”. Iya sama-sama “sahut Indra”. Sebelum gue anterin loe pulang gimana kalau kita mampir di restauran nyokap gue sambil makan-makan. Gak ngerepotin nih mbak “tanya Indra”. Gak kok, oh iya jangan pangil gua mbak dong, emang gue mbak loe apa??, panggil gua Dinda aja. Hehehe, oke Dinda “sambil tersenyum”.
Akhirnya mereka berdua sampai juga di restauran itu. Hy mama, perkenalkan ini teman aku mah, namanya Indra “memperkenalkan Indra ke mamanya”. Hy nak Indra!! “sahut mamanya Dinda”. Hy jg tan “jawab Indra singkat. Setelah selesai makan Dinda langsung mengantar Indra pulang. Gimana rasa makanan di restauran nyokap gue?? “tanya Dinda”. Enak Din “jawab Indra”.
-skip di rumah Indra-
Akhirnya mereka sudah nyampe juga. Din gak mampir dulu “tanya Indra”. Lain kali aja ya Ndra “jawab Dinda”. Eh Fer, itu bukannya sih Dinda sama Indra anak katro itu “Ricky memberitahu kepada Ferdy sahabanya”. Oh iya ya, ntar gua bales tuh anak, berani-beraninya dia dekatin cewek gua. Setelah Dinda pulang, meraka langsung menuju rumah Indra. Pada saat itu orang tua Indra pergi kerumah orang tuanya, jadi Cuma dia sendiri di rumah. Tok....tok....”Ferdy mengetuk pintu”. Iya siapa?? “jawab Indra sambil menuju ke arah pintu”. Saat dia membuka pintu, diluar ternyata Ferdy dan teman-temannya. Ada apa Fer?? “tanya Indra sedikit merasa takut”. Jangan banyak nanya deh, ngapain loe pulang bareng cewe gue?? “tanya Ferdy dengan wajah kesal”. Gue Cuma diajak sama Dindah Fer “jawab Indra dengan sedikit gagap”. Alah, banyak alasan loe “Ferdy langsung menghajar Indra, bersama teman-temannya. Setelah membuat Indra babak belur, Ferdy dan teman-temanya langsung saja pulang.
Part 2
Sudah beberapa hari Indra gak masuk sekolah, Dinda merasa sedikit khawatir dengan sahabatnya Indra. Kenapa ya, Indra akhir-akhir ini gak masuk sekolah “pikirnya”. Tiba-tiba saat itu Ferdy datang dan mengagetkan Dinda pacarnya. Hey “sedikit mengaketkan dari belakang”, mikirin apa sih sayang?? “tanya Ferdy penasaran”. Gak papa ko sayang “jawab Dinda. Ayok jalan yuk !! “ajak Ferdy”. Bentar lagikan masuk sayang “jawab Dinda”. Hari ini kita bolos aja, gimana?? “mencoba mempengaruhi Dinda untuk bolos sekolah”. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Dinda setuju dengan ajakan Ferdy. Oke saya aku mau “jawab Dinda”, lalu Dinda menghampiri sahabatnya Diana untuk mengisi absenya Izin, dan menyuruh Diana untuk memberitahukan kepada guru, bahwa dirinya ada keperluan mendadak. Diana sahabanya sangat tidak suka kalau dia pacaran dengan Ferdy yang selalu membawa pengaruh buruk untuk Dinda.
-skip di bahu jalan-
Akhirnya Ferdy dan Dinda berhasil, melompati tembok yang cukup tinggi, beberapa saat kemudian, saat mereka berjalan di bahu jalan, ternya ada musuh Ferdy yang melihat mereka berdua. Eh, itukan si Ferdy, yang mukul kepala bos kita kemari pas tawuran “salah satu anak buah dari geng anak tawuran”. Hey, mau kemana loe bangsat?? “Teriak salah satu anak geng”. Ferdy langsung kabur melihat mereka, dan menyuruh Dinda pacarnya untuk sembunyi di sebuah semak-semak. Akhinya para geng itu hanya mengejar Ferdy. Haduh selalu aja begini kalau gua jalan sama Ferdy pacar gua, oh iya gua ke rumah Indra aja deh, mau liat kenapa dia gak masuk sekolah “bicara sendiri”. Karena malas menunggu Ferdy, dia langsung ke rumah Indra sahabatnya.
-skip di rumah Indra-
Setelah nyampe di depan pintu, Dinda mengetok sambil mengucap salam. Tok....tok....., asalamu’alaikum Ndra? “beberapa menit kemudian Indra menjawab salam dan membukakan pintu”. Waalaikumsalam “jawab Indra”. Setelah meliha keadaan Indra yang sangat parah, Dinda sangat kaget. Loe kenapa Ndra?? “tanya Dinda dengan cemas”. Gua habis jatuh dari motor Din “jawab Indra berbohong, karena dia tidak mau Dinda tau, kalau Ferdy yang mukul”. Bukannya loe gak punya motor Ndra??. Eh maaf, maksud gue di tabrak motor Din “hampir ketahuan kalau dia lagi bohong”. Loe udah makan belum?? “tanya Dinda”. Belum Din !! “jawab Indra”. Ya udah, gue bikinin loe bubur ayam ya?? “menawarkan bubur ayam”. Gak ngerepotin nih..? “merasa sangat senang sekali”. Gak kok, santai aja “jawab Dinda”. sepuluh menit kemudian bubur ayamnya matang juga, Indra merasa sangat senang sekali di suapin oleh Dinda, seorang wanita yang sangat dia cintai. Andai aja momen seperti ini tidak berlalu begitu saya, ya Allah sungguh bahagia banget yang hambamu rasakan hari ini “sambil melamun”. Kok loe malah ngelamun sih? “tanya Dinda”, melanjutkan pembicaraan, ayo buka mulut “sambil menyuapi Indra”. Hehehe, maaf Din “merasa sedikit malu”. Haduh, maaf ya Ndra!!, gua lagi dicariin pacar gue nih “setelah selesai melihat handphonennya Dinda langsung pamit untuk pergi.
-skip di rumah Ferdy-
Akhirnya Dinda nyampe juga di rumah pacarnya. Ferdy mana ya?? “tanyanya dalam hati”. Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi notivikasi handphonenya, ternyata sms dari Ferdy yang isinya “sayang masuk aja, aku tunggu kamu di kolam renang”. Setelah selesai membaca pesan itu Dinda langsung masuk. Hey Fer, kamu dari mana aja sih??. Maaf ya sayang tadi aku dikejar-kejar terus sama anak geng tawuran kemarin. Makanya Fer, jangan cari masalah terus sama mereka. Habis mereka itu pada belagu sayang “jawab Ferdy”. Tiba-tiba saja handphone Ferdy berdering, tapi Ferdy tidak berani mengangkatnya, karena yang menelpon adalah selingkuhanya. Kok gak diangkat sayang “tanya Dinda”. Gak penting saya, soalnya nomor baru “jawab Ferdy”. Tapikan itu bunyi terus saya “jelas Dinda”, siapa tau penting “lanjutnya”. Ya udah aku kesana sebentar ya mau angkat telpon “mencoba menghindar agar pembicaraan dengan selingkuhannya tidak diketahui oleh Dinda”. Okelah, kalau emang aku gak perlu tau “sedikit curiga”. Ferdy langsung pamit, setelah mengangkat telepon dari selingkuhannya. Aku pamit dulu ya sayang, soalnya ada hal yang penting nih!! “pamit ke Dinda”. Ya udah, aku juga mau pulang. Dinda sangat kecewa dengan sikap Ferdy yang akhir-akhir ini cuek.
Part 3
Sudah hampir 3 tahun Dinda dan Ferdy pacaran, tapi Dinda tidak pernah tau kalau Ferdy adalah cowok play boy. Karena dia terlalu dibutakan oleh cinta pacarnya si Ferdy. Pagi itu mereka duduk dibawah pohon besar, yang dimana ada sebuah kursi untuk dua orang, Dinda mulai membuka pertanyaan kepada pacarnya. Fer gak terasa ya, udah mau 3 tahun kita pacaran!!. Iya sayang, aku bahagia banget bisa jadi pacar kamu “jawab Ferdy”. Hum, kira kamu kalau udah lulus dari sini mau lanjut di mana Fer??. Yang pasti kita harus bareng sayang, biar ada yang jagain kamu “jawab Ferdy”. Setelah selesai ngobrol-ngobrol mereka berjalan ke arah kelas dengan sangat mesra sekali, Indra yang melihat hal itu sangat terlihat cemburu. Rupanya mereka semakin dekat aja “pikir Indra dalam hati”. Teng....teng....bel sudah mulai berbunyi, menandakan sudah masuk. Semua siswa mulai masuk ke ruangan mereka masing-masing. Saat itu, guru menyampaikan bahwa sebentar lagi mereka akan melaksanakan UN. Oke anak-anak, tolong perhatikan ke depan sebentar, seminggu lagi kita akan melaksanakan UN, maka dari itu untuk hari ini sampai minggu depan kalian belajar di rumah, untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi UN, karena bapak dan ibu guru mau mengadakan rapat tentang UN ini. Baik pak “jawab mereka serentak”. Semua siswa dan siswi merasa senang sekali karena pulang cepat. Ferdy mengajak Dinda nongkrong dulu sama dia, sebelum pulang, tapi sahabatnya Diana sangat khawatir dengan Dinda, karena di luar sana Ferdy banyak sekali musuhnya. Dinda sangat egois dan keras kepala, dia bersikeras menerima ajakan Ferdy, walaupun Diana sahabatnya mengingatkan agar tidak pergi nongkrong dengan Ferdy pacarnya. Din ntar jangan pulang dulu, aku mau ngajak kamu jalan-jalan??. Iya sayang aku pasti ikut “jawab Dinda”. Setelah mendengar ajakan Ferdy , Diana langsung menghampiri Dinda dan menariknya ke pojokan. Serius loe mau ikut Din. Iya Na, emangnya kenapa??. Soalnya Ferdy itu banyak musuhnya di luar sana Din, bahaya untuk kamu. Tenang aja Na aku bisa jaga diri. Sepertinya nasehat Diana percuma saja.
-skip di Mall-
Ferdy mengajak Dinda shoping di Mall, merupakan tempat pembelanjaan terbesar di kota itu. Saat asyik berjalan, tiba-tiba ada sekelompok remaja yang mengejar mereka berdua, remaja-remaja tersebut adalah musuhnya Ferdy, saat itu mereka berhasil tertangkap dan dipukuli sampai babak belur, sedangkan Dinda hampir mau diperkosa, tapi untung saja ada Indra yang menolong dengan beberapa temannya, dan warga disitu. Akhirnya para remaja itu kabur. Din, loe tidak apa-apa kan?? “tanya Indra”. Dinda hanya diam tanpa mengeluarkan satu katapun, dan langsung memeluk Indra. Ya Allah nyaman banget, kok hati ini semakin berdetak kencang “batin”, Indra merasa sangat senang dipeluk oleh Dinda. Sedangkan Ferdy merasa sangat kesal melihat Indra dan Dinda berpelukan. Awas aja loe Ndra, gue bales loe “batin”, kebencian Ferdy terhadap Indra semakin mendalam. Ayo Din, aku nganterin kamu pulang!! “ajak Indra”, sedangkan Dinda hanya diam, dan merurut saja ajakan Indra, sepertinya Dinda masih sock dengan kejadian yang menimpanya tadi.
-skip di Rumah Dinda-
Setelah sampai di rumah, Indra menggendong Dinda sampai ke depan pintu rumah. Dia mulai mengetok pintu sambil mengucap salam. Assalamualaiku, setelah beberapa kali mengucap salam, baru ada yang membuka pintu. Waalaikumsalam “jawab pembantu di rumah itu”. Eh non Dinda, apa yang terjadi mas?? “tanya pembantu itu ke Indra”. Tolong bantu saya dulu bi, ntar saya ceritakan kejadiannya!! “jelas Indra kepada pembatu itu”. Pada saat itu, kedua orang tua Dinda sedang berada di luar kota, mengurusi bisnis, Dinda jarang sekali mendapat perhatian kedua orang tuanya, dia hanya tingal bersama pembatu, tukang kebun dan beberapa satpam di rumahnya. Setelah menceritakan semua kejadian yang menimpa Dinda kepada pembantunya Indra langsung pamit pulang. Eh mas Indra, boleh bibi minta nomor handphone mas Indra, siapa tau saya membutuhkannya, jika tuan dan nyonya menanyakan kejadian yang menimpa non Dinda, soalnya saya orangnya sering lupa mas “jelas pembantu itu”. Oh iya bi!!, dicatat ya “memberikan nomor handphonenya”, setelah selesai memberikan nomor handphonenya, Indra langsung pamit pulang.
Setelah keluar dari rumah itu, Indra melihat sebuah mobil mewah datang, dan berhenti di depannya. Seseorang turun dari mobil itu, dan ternyata itu adalah ibunya Dinda. Kamu siapa nak?? “tanya ibu itu”. Saya Indra bu, teman Dinda “jawab Indra”. Kok gak masuk nak ?? “tanya ibu itu lag”. Saya baru aja dari dalam bu, habis nganterin Dinda pulang!! “jelas Indra”. Oh iya bu, saya pamit pulang dulu “sambil mencium tangan ibu itu”. Saat melihat keadaan Dinda yang diam saja, ibunya menanyakan sesuatu kepada pembantunya. Bibi “memangil pembantunya”. Iya nyoyah “jawab pembantu itu”. Dinda kenapa Bi?? “tanyanya khawatir”. Gini bu “menceritakan semua yang terjadi”. Setelah mengetahui kejadian yang dialami Dinda anaknya, dia langsung menelpon Indra, dan menyuruh Indra ke rumah. Bibi punya nomor telpon anak itu “tanya ibunya Dinda”. Ada nyah!! “jawab pembantunya”. Teng....teng...., suara bunyi handphone Indra. Dia sedikit ragu untuk menganggkat handphonenya, karena yang menelpon adalah nomor baru. Akan tetapi karena bunyinya udah lebih dari 3 kali, baru dia mengangkat handphonenya. Hallo, assalamualaikum “jawab Indra”. Nak Indra ya ? “tanya ibu di handphonenya”. Iya saya Indra ini dengan siapa ya Bu? “tanya Indra”. Saya Rini, ibunya Dinda, nak Indra bisa kesini gak nak??. Bisa bu “jawab Indra”.
Diapun langsung siap-siap menuju rumah Dinda, cewek yang paling dia cintai. Dia menempuh perjalan lebih kurang 20 menit, dengan menggunakan angkot umum. Sesampai di rumah Dinda. Dia langsung mengetok pintu sambil membawa salam. Assalamualaikum “sambil mengetok pintu”. Waalaikumsalam “jawab ibu Rini mamanya Dinda”, melanjutkan pembicaraannya, silahkan masuk nak “mempersihlakan Indra masuk”. Ibu Rini orangnya sangat baik hati, dia tidak membeda-bedakan teman main Dinda, asalakan anaknya baik. Ibu sudah tau semua kejadian yang di alami Dinda anak ibu, ibu mau kamu jagain Dinda ya nak !! “menyuruh Indra untuk menjaga anaknya”. Sebelum ibu mengatakan hal itu, saya pasti akan selalu menjaga Dinda bu “jawab Indra”. Makasih nak, ibu tidak menyuruh ini percuma, ibu akan memberikan kamu 5 juta/ bulannya. Mohon maaf bu, saya tidak bisa menerima itu semua, karena saya menjaga Dinda anak ibu sebagai sahabat saya sendiri, kalau ibu tetap memberi saya uang, maka saya tidak menerima permintaan ibu untuk menjaga Dinda anak ibu. Setelah mendengar perkataan Indra, ibu Rini sangat terharu dengan perkataan anak itu.
Part 4
Setelah beberapa bulan kemudian Dinda mulai berhubungan lagi dengan Ferdy pacarnya itu, walaupun sudah dilarang keras oleh ibunya, Dinda tidak pernah mau mendengarkan semua nasehat ibunya. Indra yang melihat hal itu hanya diam dan tidak berani berkata apa-apa pada Dinda. Sepertinya perjuanganku tidak pernah dihargai “pikir Indra”. Setiap harinya mereka semakin mesrah saja, Indra tidak sanggup melihat kemesraan mereka berdua. Seminggu lagi mereka akan keluar dari sekolah itu, dan akan melanjutkan ke jenjang SMA. Karena tidak mau bertemu dengan Dinda lagi, Indra ingin melanjutkan SMAnya di luar kota. Akhirnya semua murid lulus 100%. Ferdy dan Dinda masuk SMA di tempat yang sama, mereka semakin dekat dan romantis saja. Karena cintanya yang terlalu dalam ke Ferdy, dia tidak pernah percaya dengan perkataan sahabatnya Diana. Dia tetap saja pergi berduaan dengan Ferdy. Dia menanyakan hal aneh ke pacarnya . Fer, kamu serius gak sih cinta sama aku?? “tanya Dinda dengan tiba-tiba”. Ferdy memikir sejenak, serius dong sayang, aku cinta banget sama kamu “semoga aja Dinda percaya dengan jawabanku, pikir Ferdy. Makasih sayang “jawab Dinda dengan polos”. Pulang yuk “ajak Dinda”. Ayok “jawab Ferdy”. Ternyata Dinda cewek yang polos dan bodoh, dia mudah aja tertipu dengan semua perkataan Ferdy, karena cintanya yang sangan besar buat Ferdy, sehingga membutakan semua pikirannya.
-skip di rumah Dinda-
Sesampai di rumah, Ferdy langsung pamit pulang ke Dinda, tanpa bertemu dulu dengan ibu Rini, mamanya Dinda. Kamu habis dari mana aja?? “tanya ibunya”. Habis main mah, sama Ferdy pacar saya “dengan santai Dinda menjawabnya”. Terus sih Ferdynya kemana?? “tanya ibunya lagi”. Udah pulang mah! “jawab Dinda singkat”. Kebiasaan anak itu, gak ada sopan-sopannya sama sekali. Biarin aja sih mah “membela Ferdy”. Ya udah masuk sana, jangan lupa mandi dulu, baru makan, terus langsung tidur “jelas ibunya”. Dinda langsung masuk begitu saja, tanpa menjawab apa-apa. Saat mau tidur Dinda kepikiran sama Indra sahabatnya dulu. Kok gua kangen ya sama Indra “pikirnya”, kira-kira dia lanjut SMA di mana ya?? “tanyanya dalam hati”. Apa besok gua ke rumah Indra aja ya?? “Dinda sepertinya berencana ingin bertemu dengan Indra besok, dia meminta sahabatnya Diana untuk ke rumah dan langsung menelponnya. Teng....teng....,haduh siapa sih yang menelpon malam-malam gini, Diana sedikit kesal dengan bunyi handphonenya. Halo, siapa ya??, gak tau orang lagi tidur apa?? “sambil memejamkan matanya”. Sorry Na, ini gua Dinda!! “meminta maaf”. Oh Dinda, ada apa Din??, kok malam-malam gini nelpon “tanya Diana”. Besok loe bisa ke sini gak??. Oke, besok gue ke rumah loe, gua tidur dulu ya, assalamualaikum “langsung menutup handphonenya dan tidur”. Waalaikumsalam “jawab Dinda”.
Part 5
Keesokan harinya, pagi-pagi Diana langsung ke rumah Dinda, maklum hari itu hari minggu. Assalamualaikum, sambil mengetok pintu. Waalaikumsalam jawab pembantunya, eh non Diana, silakan masuk non!! “mempersilahkan Diana masuk”. Dindanya mana bi?? “tanya Diana kepada pembantunya”. Non Dinda lagi dandan non “jawab pembantu itu”. Setelah beberapa menit berbincang-bincang dengan Bi inem. Barulah Dinda keluar. Eh Diana, udah lama? “tanya Dinda”. Baru aja nyampekok “jawab Diana”. Oh iya Na, temanin gue ke tempat Indra dong, tiba-tiba aja gue pengen ketemu dia. Emangnya si Indra belum cerita ke loe Din !!. cerita apa sih Na “Dinda masih sedikit bingung”. Indra kan udah pindah ke luar kota “jawab Diana”. Haaaa, keluar kota, kok dia gak ngasih tau gue sih, tega amat tuh anak, masa gua sahabatnya gak tau!! “sangat kecewa setelah mengetahui Indra pergi tanpa pamit”. Kirain gua loe tau kalau dia mau pindah ke luar kota “jelas Diana”. Setelah mengetahui Indra pergi tanpa pamit terlebih dahulu pada dirinya, Dinda sangat membeci Indra. Sahabat macam apa’an dia itu “pikirnya”.
Karena tidak jadi ke rumah Indra Dinda mengajak Diana jalan-jalan ke taman. Na, kita jalan-jalan yuk?? “ajak Dinda”. Jalan-jalan ke mana Din?. Gimana kalau kita ke taman, gua bete aja, kalau di rumah gini gak ada kerjaan. Ya udah deh Din “dia hanya menurut saja dengan ajakan sahabatnya Dinda”.
-skip di taman-
Hampir 3 jam mereka berdua berjalan di taman tanpa tujuan. Din kita pulang ajak yuk “ajak Diana”. Ya elah baru 3 jam udah mau pulang “jawab Dinda”. Gue bete aja, jalan-jalan gak ada tujuan gini Din “sepertinya Diana sudah terlihat sangat letih”. Merekapun istirahat sebentar, untuk mengurangi rasa capek, tiba-tiba saja Ferdy datang. Hai Din, jalan yuk “ajak Ferdy”. Ayuk , jawabnya. Ya udah Na, loe pulang duluan aja, gua mau jalan-jalan dulu sama pacar gua. Nih anak, kalau udah sama Ferdy pasti gua di lupain begitu saja “batin”. Ya udah gua pulang “sedikit kesal.
Saat perjalanan pulang, tiba-tiba handphone Diana berdering, teng...teng..., dia melihat handphonenya, ternyata yang menelpon adalah ibu Rini, mamanya Dinda. Haduh gua harus jawab apa nih “sedikit panik”. Iya hallo, assalamualaikum bu “Diana sedikit takut”. Nak Diana, kok handphone anak saya Dinda gak bisa dihubungin?? “tanya ibu Rini dengan cemas”. Tadi handphonenya lowbet bu “jawab Diana”. Terus dia dimana sekarang “tanya ibu Rini lagi”. Maafin saya bu, saya tidak bisa menjaga amat ibu, sebenarnya Dinda udah pergi sama pacarnya Ferdy “jelas Diana”. Apa ...!! “marah”, lagi-lagi anak itu, bisa bikin Dinda celaka. Ibu Rini langsung menutup telepon.
Part 6
Beberapa bulan kemudian, saat itu Dinda berjalan dengan Diana di koridor sekolah, tiba-tiba Ferdy muncul. Sayang bareng aku yuk, “menarik tangan Dinda, sambil berjalan mengarah ke ruang kelas”. Dinda hanya menurut saja, tanpa bisa menolak ajakan Ferdy. Saat itu pelajar kosong, Ferdy mengajak Dinda pergi tawuran, dengan bodohnya Dinda hanya ngikut saja. Tapi sahabatnya Diana tidak mengetahui hal itu, Ferdy juga mengajak kedua sahabatnya Ricky sama Rama. Sayang ikut aku pergi yuk?? “ajak Ferdy”. Mau kemana sayang “tanya Dinda”. Aku hari ini mau ngasih pelajaran ke anak SMA sebelah, yang mukul aku kemarin “jelas Ferdy kepada pacarnya”. Oh, oke deh “menurut saja”. Ntar kamu selalu ada di belakang aku ya, biar gak terluka “jelas Ferdy ke Dinda”. Mereka berdua pura-pura pergi ke kantin, agar Diana gak mencurigai mereka berdua, setelah itu baru disusul sama Ricky dan Rama dari belakang.
Saat itu rama membawa rantai motor dan cerurit untuk bertarung, saat gengnya Ferdy kalah, dan lari terbirit-birit, Dinda kena lembaran batu dibagian punggungnya. Sedangkan Ferdy kabur tidak tau kemana, saat itu Indra sedang pulang kampung, dia melihat banyak orang yang kumpul dipinggir jalan, karena penasaran dia akhirnya turun, dan melihat seorang remaja yang tergeletak dibahu jalan, dia berjalan semakin mendekati remaja perempuan itu, sampai akhirnya dia mengetahui ternya itu Dinda, wanita yang sangat dia cintai. Dinda!!! “panggil Indra”. Dia langsung lari mengangkat Dinda ke mobil, pak tolong bantu saya angkat mbak ini ke mobil, dia sahabat saya “meminta tolong kepada bapak-bapak disampingnya”. Akhirnya Indra langsung membawa Dinda ke rumah sakit.
-skip di rumah sakit-
Saat itu Indra sangat panik dan mengkhawatirkan kondisi Dinda. Dia memandangi wanita yang sangat dia cintai itu masuk ke dalam ruang ICU, dan akan melangsungkan operasi, akan tetapi dokter tidak berani untuk melakukan tindakan operasi, karena tidak ada persetujuan dari keluarga Dinda. Indra mencari kontak keluarga Dinda di handphonenya, akhirnya dia baru ingat semua nomor handphone yang berkaitan dengan Dinda, dia hapus semua, mulai dari nomornya Dinda, Ibu Rini dan Diana sahabatnya Dinda. Saat itu dia lagi duduk di ruang tunggu sambil memengangi tasnya Dinda. Haduh kenapa gua bego gini ya, kenapa coba gua gak periksa isi tas Dinda siapa tau ada nomor telepon rumahnya atau nomor bu Rini “pikirnya”. Karena kepikiran terus dengan kondisi Dinda dari tadi, akhirnya dia tidak kepikiran untuk membuka tas itu. Pada saat dia membuka tas, dia menemukan handphonenya, tapi sayang handphone tersebut ada paswordnya. Haduh siap ada paswordnya “keluh Indra kesal”. Setelah beberapa menit dia memikirkan kunci pasword handphone tersebut, tiba-tiba ada panggilan masuk dari mamanya Dinda, dengan cepat Indra mengangkat handphone tersebut. Hallo Nak, kamu kemana aja, kok gak pulang, mama khawatir !! “mengira kalau itu anaknya”. Maaf tan, ini saya Indra, Dinda sekarang ada di rumah sakit, tante bisa ke rumah sakit Kasih Ibu sekarang “sambil memberitahukan alamatnya”.
Sambil menunggu ibu Rini datang Indra hanya mengkhawatirkan kondisi Dinda, yang sedang terbaring di dalam sana. Assalamualaikum, nak Indra, gimana kondisi Dinda nak?? “tanya Ibu Rini dengan muka yang sangat cemas”. Waalaikumsalam tan, Dinda di dalam tan, sambil mengantar Bu Rini ke dalam. Ini dok, keluarga pasien “memberitahukan ke dokter tersebut”. Kalau boleh tau ibu ini, siapanya Dinda?? “tanya dokter itu”. Perkenalkan saya Rini dok, ibunya pasien “jawab ibu Rini”. Ya udah bu, silahkan ibu menandatangani surat persetujuan ini “sambil menyodorkan selembar kertas”. Ini surat apa dok?? “tanya ibu Rini lagi”. Surat persetujuan untuk melakukan operasi terhadap Dinda anak ibu?? “jawab dokter itu”. Dengan cepat ibu Rini menandatangani surat tersebut, dan berkata lakukan yang terbaik untuk anak saya dok. Sambil mengangukan kepala dokter itu langsung mennyuruh mereka tunggu di luar dan memulai operasi.
Part 7
Setelah menunggu beberapa jam akhirnya operasi selesai juga, dokterpun mulai keluar dari ruangannya. Gimana dok operasinya?? “tanya Bu Rini”. Alhamdulillah lancar bu “jawab dekter itu”, melanjutkan pembicaraannya, sepertinya Dinda akan membutukan waktu beberapa minggu untuk siuman, dari pengaruh obat bius yang digunakan “menjelaskan kepada ibu Rini”. Lalu dokter itu pamit pergi, Indra menemani ibu Rini untuk menjaga Dinda di rumah sakit. Sepertinya kamu pulang aja nak, ntar orang tua mu kebingungan mencari kamu “kata bu Rini”. Gak papa bu, tadi saya baru aja bicara dengan orang tua saya, kalau saya lagi di rumah sakit jenguk teman “jelas Indra”. Ibu Rini menanyakan kejadian yang dialami oleh anaknya Dinda. Indrapun menceritakan semuanya. Mendengar cerita Indra kayaknya ibu Rini meminta Indra menjadi bodygat untuk Dinda, karena menurut bu Rini Cuma Indra yang bisa menjaga keselamatan Dinda. Nak Indra mau gak jadi bodygat anak saya, berapapun yang nak Indra minta saya akan bayar, demi keselamatan anak saya Dinda “kata Bu Rini”. Saya sih pasti akan selalu jagain Dinda bu, tapi Dindanya mau gak saya jagain ?? “tanya Indra”. Pasti mau nak “jawab Bu Rini”. Sudah beberapa hari Dinda tidak menyadarkan diri, Indra menemani Dinda sendirian di rumah sakit. Sedangkan Ibu Rini sendiri sibuk mengurus bisnisnya. Din andai kamu tau, kalau gua itu cinta banget sama kamu “mengungkapkan perasaanya, sambil memegangi tangan Dinda yang belum siuman dari masa kritisnya”. Andaikan kamu mencintai aku, aku adalah laki-laki yang paling bahagia di dunia ini Din “sambil menangis”. Saat itu Dinda udah siuman dia mengira Ferdy yang tidur di sampingnya ternya itu adalah Indra. Fer, bangun Fer “pangil Dinda, karena dia mengira Ferdy yang menemaninya. Eh Din, kamu udah siuman ya “tanya Indra”. Jangan sok perduli loe, sahabat macam apa’an loe itu, kok pergi gak pamit-pamit ke gua, emang loe anggap gue ini apa “marah sambil menangis”. Maaf in aku Din, aku tidak sanggup melihat kamu sama Ferdy bermesraan di hadapanku “batin”. Jawab Ndra, loe jangan diam aja “sambil memukul Indra”. Tanpa berpikir panjang Indra langsung memeluk Dinda sahabatnya, sejenak Dinda langsung terdiam. Maafin gue ya Din “tidak bisa menjelaskan apa-apa”. Oh iya Ndra, apa loe masih ngangep gue ini sahabat loe “tanya Dinda”. Gua akan selalu jadi sahabat terbaik loe Din “jawab Indra”, walaupu sebagai sahabat tidak apa-apalah, yang penting gue bisa dekat dengan orang yang gue cintai “pikir Indra”. Selama 2 minggu lebih Dinda di rumah sakit dan sekarang mereka akan pulang ke rumah. Dinda masih saja kepikiran dengan Ferdy pacarnya yang gak bertanggung jawab itu.
-skip di rumah Ibu Rini-
Sesampai di rumah Dinda langsung masuk ke kamarnya, tanpa menghiraukan Indra yang sudah mengantarnya pulang. Kok langsung masuk kamar sih, Indranya gak kamu temanin Din “tanya mamanya”. Aku capek mah, mau istirahat “jawab Dinda” langsung menuju ke arah kamarnya. Ya udah tan, aku pulang dulu, biarin Dindanya istirat. Iya nak, hati-hati . iya tan, assalamualaikum “sambil menciumi tangan ibu Rini”. Waalaikumsalam “jawab Ibu Rini dan suaminya”. Setelah beberapa menit Indra pulang, Bu Rini menarik tangan suaminya menuju kamar, sepertinya ingin membicarakan suatu hal yang penting kepada suaminya. Pak Haris adalah suami Bu Rini yang baru pulang dari Amerika, Miliader kaya yang memiliki banyak sekali perusahaan.
-skip di kamar-
Pah, gimana kalau kita jodohkan saja anak kita Dinda dengan Indra “memberitahukan pendapatnya kepada suaminya”. Kalau papah sih terserah mama, asalkan mama dan Dinda bahagia, papah pasti setuju “jawab suaminya”. Mendengar jawaban suaminya Bu Rini sangat senang sekali”.
Saat itu, Dinda dan Indra sangat akrab sekali, kemanapun mereka selalu berdua. Dinda sudah menganggap Indra adalah sahabat terbaiknya, kemanapun mereka selalu bersama. Sudah setahun lebih mereka bersahabat, semua berjalan baik-baik saja. Kedua orang tua Dinda merasa sangat senang melihat kedekatan mereka. Sampai akhirnya mereka membicarakan sesuatu yang sangat penting ke Indra. Kamu tau kan kenapa om sama tante memanggil kamu datang kesini!! “kata Bu Rini”. Saya kurang tau tan “jawab Indra”. Karena melihat kedekatan kalian, kami berencana ingin menjodohkan kamu dengan Dinda “jelas Ibu Rini”, apakah kamu mau?? “tanya Bu Rini”. Saya mau banget tan “jawab Indra”, melanjutkan pembicaraan, karena saya sudah lama banget mencintai Dinda anak tante. Mendengar hal tersebut Dinda sangat kecewa dan tidak menyangka kalau Indra mendekati dirinya, ternyata ada maunya. Aku tidak menyangka ya, ternya selama ini, kamu menolongku tidak ikhlas, ternyata kamu hanya ada maunya saja “sepertinya Dinda sangat kecewa, setelah mengetahui Indra menyukainya. Ya udah Din, kalau kamu tidak menyukaiku, aku akan pergi kok dari sini “Indra langsung pergi meninggalkan Dinda dan keluarganya, sepertinya dia sangat kecewa dengan sikap Dinda yang sangat keterlaluan”. Bapak sangat kecewa sama kamu Din, kamu sama sekali tidak menghargai kami sebagai orang tua mu “rupanya bapaknya Dinda sangat marah dengan sikap Dinda yang sangat menyakiti hati Indra, laki-laki yang selalu menolongnya dalam suka maupun duka. Karena Indra, kedua orang tuanya yang tidak lagi seperti dulu terhadap dirinya. Akhirnya Dinda semakin membenci Indra.
Part 8
Sudah 4 tahun berlalu, Indra lulus kuliah di Universitas Akutansi, sedangkan Dinda tidak melanjutkan kuliah, dia hanya bisa berfoya-foya dengan harta orang tuanya. Saat itu dia masih menjalin hubungan denga Ferdy pacarnya dulu. Hampir setiap hari Dinda pergi dengan Ferdy, kalau pulang pasti selalu mabuk-mabukan, dan lain-lainnya. Karena kelakuan Dinda tidak bisa dinasehati lagi oleh orang tuanya, karena sudah dalam dengan pengaruh buruk Ferdy pacarnya. Saat itu Pak Herman bapaknya Dinda menjalin kontrak yang sangat besar dengan perusahaan asing, hampir seluruh asetnya menjadi jaminan, jika proyeknya gagal. Saat itu Pak Herman pulang dari kantor. Tiba-tiba dia mendapat telepon, bahwa proyeknya yang senilai 10 teriliun terbakar hangus. Karena kejadian itu, semua aset Herman, mulai dari rumah, villa, kebun teh, kebun kelapak sawit, pertambangan batu bara, mobil, dan aset lainnya di sita semua oleh pihak bank, untuk membayar kerugian dari kerja sama oleh pihak asing. Setelah jatuh miskin, pak Herman sangat sok, dan mengalami lumpuh total, karena kerusakan sel otak. Ibu Rini hanya bisa meratapi nasib suaminya itu. Setelah melihat hal itu barulah Dinda menyadari semua kesalahannya. Dulu dia yang selalu berfoya-foya kekayaan orang tuanya sekarang untuk makan aja susah. Papah maafin Dinda, saya banyak sekali melakukan kesalahan terhadap papa dan mama. Ibu Rini hanya bisa memeluk Dinda dan memberinya semangat. Iya nak, papa sudah memaafkan kamu, tapi hanya satu permintaan papa, sebelum meninggalkan dunia ini “sambil mengelus rambut anaknya”. Apapun itu Dinda akan lakuin pah, asalkan papah bahagia “jawab Dinda”. Kamu mau kan menikah dengan Indra nak “sambil menghapus air mata anaknya”. Iya pah, aku mau, asalkan papa sembuh. Setelah selesai menyampaikan permintaannya. Pak herman langsung tidur, tanpa bernapas lagi, tubuh nya sudah membeku dan kaku. Dinda dan Ibu Rini hanya bisa menangis sambil memeluk badan yang sudah dingin itu. Setelah selesai melangsungkan pemakaman bapaknya, akhirnya beberapa bulan kemudian, Dinda melangsungkan pernikahan dengan Indra laki-laki yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Sebenarnya Dinda masih sangat mencintai Ferdy, tapi apa boleh buat, karena pesan dari ayahnya, akhirnya dia mau menikah dengan Indra.
Part 9
Sudah hampir satu tahun mereka menikah, akan tetapi mereka tidak pernah berhubungan badan, karena Dinda masih tidak terima dengan pernikahannya, dia menikahi Indra hanya karena wasiat terakhir bapaknya. Sedangkan Indra sendiri hanya menuruti semua kemauan Dinda. Saat itu Indra berkerja di sebuah perusahaan swasta, gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan istrinya Dinda. Hampir setiap hari Dinda bangun jam 11.00 siang, setelah bangun tidur Dinda hanya menonton TV, dan setiap minggu dia ke Mall dan Salon untuk perawatan Spa dan shoping. Sedangkan yang memasak, cuci pakaian dan merapikan rumah dilakukan oleh Indra suaminya. Dinda bagaikan ratu di rumah itu dan Indra tidak pernah membantah perkataan Dinda istri yang sangat dia cintai.
Pada saat itu Ibu Rini mamanya Dinda berkunjung ke rumah anaknya, saat itu Dinda tidak ada di rumah, dia pergi shoping dengan teman-temannya. Assalamualaiku “ucap Ibu Rini sambil mengetok pintu”. Waalaikumsalam “jawab Indra sambil membuka pintu”. Eh, nak Indra, istrimu mana nak?? “tanya Bu Rini”. Lagi keluar sebentar Bu “jawab Indra singkat”. Oh iya nak Indra, mama tidak sabar ingin mendapatkan cucu dari kalian berdua “jelas Bu Rini”. Iya mah, Allah belum memberikan momongan kepada kami, tapi kami selalu berusaha dan berdo,a semoga di kasih anak secepatnya “jawab Indra, menutupi kesalahan istrinya”. Dinda tidak ingin memiliki anak dari Indra, makanya setiap Indra mengajaknya berhubungan badan, pasti selalu ditolak oleh Dinda, dan dia mengancam untuk meninggalkan Indra, jika Indra memaksanya, akhirnya Indra hanya menurutinya. Tidak lama itu ada yang mengetok pintu, dan ternyata Dinda istrinya. Eh, ada mama juga ya?? “berjalan masuk, sambil mencium tangan ibunya”. Ibu Rinipun menyampaikan keinginanannya yang ingin segera memiliki cucu. Mendengar keinginan ibunya, Dinda hanya diam dalam hati.
Pada saat itu Ibu Rini menginap beberapa hari, Dinda dan Indra pura-pura memperlihatkan kemesraannya di depan Ibunya. Agar ibu Rini tidak mencurigai keduanya. Dinda lebih sering bangun cepat dan memasak untuk Indra, dan masakannya itu sungguh gak enak kadang ikannya asin, dan sayurnya tawar tanpa rasa. Enak bangat masakanmu sayang “memaksakan diri untuk menghabiskan masakan yang sangat tidak enak itu”. Karena tidak ingin menyakiti perasaan istrinya yang baru itu memasak untuknya, Indra memaksakan diri menghabiskan makanan tersebut. Sedangkan Dinda sendiri masa bodoh dengan rasa masakannya. Karena ibunya menginap beberapa hari mereka sering menghabiskan waktu berdua di dalam kamar. Agar mamanya Dinda tidak mengetahui semua yang terjadi dengan rumah tangga mereka.
Setelah beberapa hari menginap, akhirnya ibu Rini pulang juga. Seperti biasa kemesraan dan kebersamaan mereka di kamar hilang begitu saja. Sebelum berangkat kerja, Indra melihat istrinya masih tidur, dia memasak makanan kesukaan istrinya, saat itu dia masuk kamar sambil mengelus rambut istrinya. Mah... “panggil Indra kepada istrinya yang masih tidur”, papah berangkat dulu “sambil mencium kening istrinya”, Dinda tidak mengetahui hal itu, karena dia masih tertidur pulas. Indrapun langsung berangkat.
Sesampai di kantor Indra melihat temannya Roni. Hai Ron “sapa Indra”. Iya Ndra, hai juga “jawab Roni”. Apa yang kamu bawa itu Ndra “tanya Roni”. Oh, ini aku bawa bekal dari rumah, masakan istriku “jawab Indra berbohong, karena dia tidak ingin temannya tau hubungan dia dengan istrinya”. Semua teman kantor Indra mengetahui bahwa Dinda istrinya adalah istri yang paling baik, itu yang Indra ceritakan tentang Dinda. Saat dia pulang kantor, dia melihat Dinda istrinya sedang mual-mual. Dia mengira Dinda sedang masuk angin, akhirnya dia membawa Dinda ke rumah sakit. Sebenarnya istri saya sakit apa dok?? “tanya Indra kepada dokter”. Bapak tidak usah khawatir karena istri anda baik-baik saja, sebenarnya dia itu hamil “jawab dokter itu”. Indra merasa sangat senang bukan main mendengar kabar itu, dia mengingat saat mertuanya datang ke rumah, mereka sempat berdua’an di dalam kamar dan berhubungan badan. Sedangkan Dinda yang mengetahui dirinya sedang mengandung dia sangat marah ke Indra, dan semakin benci kepada suaminya. Semenjak kejadian itu, Dinda bertidak semena-mena kepada suaminya. Dok saya mau gugurin aja kandungan saya “memberitahukan kepada dokter itu”. Loh kenapa bu, kalau ibu mengugurkan kandungan ibu, maka ibu tidak akan bisa hamil lagi, karena hamil pertama akan terkontaminasi dengan hamil yang berikutnya “jelas dokter itu”. Indra menjelaskan kepada Dinda, kalau ibunya ingin segera menimang cucu. Setelah mendengar penjelasan Indra, mengenai ibunya yang ingin menimang cucu, akhirnya dia menyetujui kehamilannya itu, walaupun dalam hatinya dia sangat membenci suaminya.
-hamil pertama – 9 bulan-
Mulai awal hamil, sampai melahirkan Indra mengurus semua keperluan Dinda istrinya, mulai membawakan sarapan ke tempat tidur, memberikan vitamin, dan menyiapkan air hangat untuk istrinya mandi. Indra memperlakukan Dinda istrinya benar-benar seperti ratu, hampir semua keperluan Dinda dia siapkan, belum lagi mengerjakan tugas kantor di rumah. Itu semua dia lakukan karena dia sangat menyayangi istrinya. Setelah kandungan beberapa bulan Dinda mengeluh perutnya sering sakit, akhirnya Indra membawa istrinya kerumah sakit. Disana Dinda dilakukan pemeriksaan USG, dan ternya Dinda mengandung anak kembar, laki-laki dan perempuan. Selama sembilan bulan Dinda mengalami masa sulit karena kehamilannya, sebab dia jarang gerak, karena semua pekerjaan rumah tangga dan kantor Indra semua yang melakukannya. Sembilan bulan kemudia kemudian akhirnya Dinda akan melahirkan juga, dan dia harus dioprasi. Semua yang dia alamami selama ini, itu semua kesalahan suaminya Indra. Semenjak Dinda hamil dia semakin membenci suaminya.
Part 10
Sepuluh tahun kemudian, sudah hampir 12 tahun mereka menikah, dan sekarang adalah hari ulang tahun anaknya yang ke sepuluh, ulan tahun kedua anaknya hanya Indra yang mengadakan bersama dengan kedua anaknya, sedangkan Dinda hanya asyik shoping bersama teman-temannya. Papah , “panggil kedua anaknya”. Iya ada apa nak “jawab Indra”. Kok mamah gak penah rayain ulan tahun barang kita pah “tanya anaknya lagi”. Kalian kan ada papah disini, lagi pulakan mamah lagi sibuk “jawab Indra sambil memeluk anak-anaknya, dia sudah tidak tahan membendung air matanya”. Papah kok nagis “mengusap air mata ayahnya”. Papah gak nangis sayang, papah sangat bahagia, bisa memiliki kalian berdua, mungkin kalau gak ada kalian papah akan hidup kesepian sendirian “jelas Indra ke anak-anaknya”. Kok papah bilang gitu, kan masih ada mamah. Mamah kalian sangat sibuk nak “menyembunyikan keburukan istrinya kepada anak-anaknya, agar anak-anaknya tidak membenci ibunya. Setelah beberapa bulan kemudian Dinda lebih sering ke mall. Saat itu dia ingin belanja sepatu yang keluaran terbaru atau limited edition. Saat dia mau mengambil dompetnya unuk membayar sepatu tersebut, ternyata dompernya tidak ada, dengan cepat dia menelpon suaminya. Tek...tek..., di saat sedang rapat Indra melihat ada panggilan masuk dari istrinya, karena takut istrinya marah, dengan cepat dia pamit keluar ruangan untuk mengangkat telpon tersebut. Hallo, assalamualaikum sayang, ada apa “jawab Indra”. Tanpa menjawab salam, Dinda seperti biasa langsung marah-marah, mas liat dopet aku yang di tas merah gak?? “tanya dia dengan nada kesal”. Oh iya sayang, mas lupa masukin lagi ke tas mu, soalnya kemarin anak-anak mau beli ice cream, karena gak ada uang kecil aku pinjam duit kamu dulu!! “jawab suaminya dengan lembut”. Dengan suara yang sangat marah Dinda langsung menutup telepon suaminya. Setelah beberapa menit kemudian, Imdra menelpon istrinya. Iya ada apa lagi “jawab istrinya cuek”. Bentar sayang, aku pulang dulu kerumah, sebentar lagi dompetnya aku antar ke tempatmu, kamu di mall mana sekarang “tanya suaminya, karena takut dimarahin lagi sama istrinya”. Setelah menyebutkan alamat mall, Dinda langsung mematikan handphonenya. Sebenarnya penjaga mall sudah memperbolehkan pulang, dan membayarnya besok,karena disitu tempat langganan dia shoping. Akan tetapi karena gensi untung ngutang, dia tetap menunggu suaminya. Apa lagi di situ ada musuh besarnya, makanya dia malu untung ngutang dulu. Karena terlalu lama menunggu, akhirnya dia menelpon lagi suaminya, biasanya sekali atau dua kali dia telpon, pasti langsung diangkat oleh suaminya, dia menelpon beberapa kali telponnya tidak diangkat-angkat juga. Dinda mulai kepikiran dengan suaminya, kok tumben ya dia tidak mengangkat telponku, biasanya sekali dua kali aku telpon, pasti langsung diangkat “pikirnya”. Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya ada panggilan dari suaminya, dengan cepat dia mengangkat dan bersiap-siap untuk memarahi suaminya Indra. Hallo, assalamualaikum “sapa suara yang tidak ia kenal”. Waalaikumsalam , bapak siapa ya?? “tanya Dinda, menahan amarahnya”. Apa benar ini istrinya pak Indra?? “tanya suara yang dia belum kenal”. Iya pak benar, saya istrinya “jawab Dinda sedikit khawatir”. Saya dari kepolisian bu, ingin melaporkan bahwa pak Indra mengalami kecelakaan dan jenazahnya akan kami bawa ke rumah sakit ‘jelas polisi itu”. Oh iya pak “dengan santai Dinda menjawab”. Setelah menerima telpon itu, Dinda menjadi diam membeku, dia bingung apakah harus senang apa sedih kepergian suaminya, sepertinya dia tidak merasakan kesedihan sama sekali.
Part 11
Semua keluarga Indra berkumpul di rumah sakit, dan termasuk Ibu Rini mamanya Dinda, semuanya menangis termasuk kedua anaknya yang sangat akrab dengan Indra ayah mereka, sedangkan Dinda tidak pernah ada waktu buat anak-anaknya. Dinda masih terlihat sangat tenang, Cuma dia yang tidak menangis kepergian Indra suaminya. Dia hanya sibuk menghibur keluarga Indra yang sangat terpukul dengan kepergian Indra. Sampai pada waktu pemakaman suaminya, dia melihat wajah yang sangat ia benci itu masuk ke dalam liang lahat dengan senyuman yang sangat indah, Dinda juga belum merasakan kehilangan suaminya.
Saat itu semua keluarganya pulang, Dinda dan anak-anaknya pulang di anterin bu Rini mamanya, kamu yang tabah ya nak, jagalah kedua anak mu, karena suami mu sudah tidak ada lagi sekarang “sambil memeluk Dinda anaknya”, selesai mengantar anaknya, Ibu Rini langsung pulang. Sedangkan Dinda langsung menidurkan anak-anaknya, yang biasa pekerjaan itu dilakukan oleh suaminya Indra. Setelah menidurkan anak-anaknya, dia mulai merasakan kehilangan suaminya yang sangat ia benci selama ini. Dinda mulai mengeluarkan air mata dan menangis, mengingat perlakuannya kepada suaminya, sampai akhirnya dia ketiduran.
Paginya dia bangun, dia memangil-manggil suaminya. Mas Indra, tolong ambil handukku mas “yang dia saat dia bangun langsung mandi”. Dia memanggil-manggil nama suaminya, sampai akhirnya dia mengingat bahwa suaminya telah tiada. Diapun keluar dari kamar mandi mengambil handuknya sendiri sambil menangis. Saat dia keluar kamar biasanya sarapan sudah tersedia di meja makan. Selama ini dia yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah suaminya, setelah kepergian suaminya dia merasa sangat kehilangan, sampai akhirnya dia sekarang menyadari bahwa dia sangat mencintai suaminya. Dinda mengingat semua kejadian di pagi hari saat dia memarahi suaminya gara-gara, suaminya asal menaruh handuk basah selesai mandi, kadang dia marah saat suaminya lupa mematikan krak air, kadang marah saat suaminya berantakan saat membuat kopi di atas meja. Saat itu dia mengharapkan terjadi lagi, Dinda juga tidak tau makanan kesukaan dan apa yang tidak disukai suaminya selama pernikahannya, karena yang melayani semua kebutuhannya adalah suaminya. Sedangkan dia hanya menghabiskan waktu di mall dan salon. Yang bikin Dinda kaget lagi setelah dia mengetahui kalau gaji suaminya diberikan kepada dia semua, terus selama ini suamiku membiayai keperluan rumah tangga uang dari mana pikirnya, sedangkan gajinya dia berikan kepadaku semua. Yang bikin Dinda menangis lagi saat dia tau bahwa di kantor, suaminya sering memuji masakannya, padahal dia tidak pernah memasak untuk suaminya. Semuanya dia menyesalinya. Saat itu dia bingung untuk melanjutkan kehidupannya, apalagi harus mengur kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Disaat kebingungan itu, datanglah pengecara Indra yang menyerahkan asurasi kematian suaminya, dan beberapa tabungan Indra, yang dia kumpulkan untuk masa depan anak-anaknya dan surat wasiat dari Indra.
Hai istriku tersayang, aku tau selama ini kamu tidak pernah mencintaiku, kanena kita menikah di jodohkan oleh orang tuamu. Makanya sebagai rasa bersalahku, aku membiarkanmu memilih kehidupanmu selama ini, aku tidak penah marah kau bangun terlambat, aku tidak penah marah kau pergi kesalon atau mall, aku tidak pernah marah kau tidak mengurus anak-anak, itu semua aku lakukan adalah untuk menebus semua kebahagiaan mu yang aku rampas selama ini. Sebelumnya aku di vonis oleh dokter bahwa hidupku tidak akan lama lagi, makanya aku mengikuti asuransi kematianku dan aku menabung untuk masa depan anak-anak kita, terimakasih istriku sayang, selama ini engkau memberikan kebahagiaan untukku. Aku ingin disaat aku pergi kamu tidak membenciku lagi
Love you sayang, salam suamimu “Indra”
Setelah selesai membaca surat wasiat itu, Dinda menangis, sekeras-kerasnya sampai dia tidak menyadarkan diri. Setelah kejadian itu Dinda mulai bangkit dan merawat anak-anaknya sendiri, karena mengetahui kematian Indra, mantan pacarnya dulu datang melamarnya, yaitu Ferdy. Din Indrakan sekarang sudah tiada, aku kesini datang untuk melamarmu, lagi pula kamukan tidak pernah mencintai suamimu itu “kata Ferdy”. Mendengar perkataan Ferdy dia langsung marah dan meingusir Ferdy dari rumahnya. Walaupun suamiku tidak ada lagi di dunia ini, tapi dia selalu ada di hatiku dan tidak akan pernah tergantikan “jelas Dinda”. Semenjak itu Dinda tidak mau menikah lagi, dia tetap setia kepada suaminya, seperti yang dilakukan suaminya terhadapnya dulu.
“THE AND”
Pesan : jangan pernah menyia-nyiakan orang yang sangat mencintaimu, karena kelak disaat dia pergi meninggalkanmu, pasti kamu akan sangat menyesalinya.
Salam Penulis
( Anas Ariansyah )
Dinda : cantik, kaya, egois, baik, dan pintar “cewek idaman para laki-laki”
Ferdy : kaya, tampan, kasar, play boy “pacar Dinda”
Indra : pintar, miskin, soleh, dan baik hati “sangat mencintai Dinda”
Additional Figures :
Diana : baik, cerewet, dan kaya “sahabat baik Dinda”
Ricky dan Rama : sahabat Ferdy
Deskripsi :
Dinda adalah cewek yang paling cantik di sekolahnya, selain pintar dia juga sangat kaya raya, banyak sekali laki-laki yang ingin mendapatkan cintanya, namun tidak ada yang berani mendekatinya, karena Dinda sudah memiliki pacar, dan pacarnya adalah Ferdy , dia merupakan siswa yang sangat ditakuti di sekolah itu. Ferdy sering ikut tawuran dengan kedua temannya Ricky dan Rama. Dinda sangat mencintai Ferdy, tapi Ferdy sendiri hanya menjadikan Dinda sebagai permainannya. Diana adalah sahabat baik Dinda, kadang semua masalahnya, dia hanya berbagi ke Diana. Selain suka tawuran Ferdy juga sering gonta-ganti pacar, tanpa sepengetahuan Dinda. Sedangkan Indra merupakan sosok laki-laki yang selalu memperhatikan Dinda dari jauh, dia sangat mencintai Dinda, tapi sayangnya Dinda tidak pernah menganggap Indra ada. Setelah selesai lulus sekolah menengah pertama Dinda dan Ferdy masuk di sekolah menengah Atas di tempat yang sama, dan Indra masuk di SMA yang berbeda dengan mereka. Saat masa-masa SMA Ferdy sering mengajak Dinda ikut tawuran dengan SMA sebelah, saat itu Dinda luka parah, dan Ferdy malah kabur meninggalkan Dinda sendirian dengan kondisi yang sangat parah. Saat itu Indra melihat Dinda dan membawanya ke rumah sakit. Orang tua Dinda sangat khawatir dengan kondisi anaknya yang kritis. Saat kejadian itu Indra mendapat amanat dari orang tua Dinda untuk menjaga Dinda selamanya. Setelah mengetahui kalau dirinya mau di jodohkan dengan Indra dia sangat sedih dan kecewa dengan orang tuanya, Dinda malah masih mencintai Ferdy cowok yang tidak bertanggung jawab itu. Sampai akhirnya Dinda sangat menyesali semua perbuatan yang dia lakukan pada Indra suaminya.
Agar tidak penasaran, jangan lupa ya baca ceritanya ya!!!
Cerita itu sangat sedih dan romantis guys
Part 1
Di Kota Bima seorang rejama cantik ini tinggal di rumah yang mewah, dia memiliki banyak mobil mewah, setiap hari dia sering ganti mobil mewahnya untuk berangkat ke sekolah. Setiap kali Dinda turun dari mobil mewanya, semua pandangan siswa dan siswi lain melihat ke arahnya. Pada saat dia turun dari mobil ada pacarnya Ferdy dan teman-temannya, sedangkan Indra hanya memberhatikan Dinda dari jauh. Hy sayang, gimana kabarnya “tanya Ferdy ke Dinda pacarnya”. Baik kok sayang!! “sahut Dinda”. Di kejauhan Indra memikirkan sesuatu, cantik bangat itu cewek, mimpi kali gua bisa milikin dia ya “batin. Setelah itu Ferdy mengajak Dinda masuk ruangan di ikuti kedua temannya Diana, Ricky dan Rama. Pada saat itu sedang ulangan, semalam Dinda lupa belajar. Fer gimana nih, semalam gua lupa belajar!!. Bentar sayang aku juga semalam gak belajar “jawab Ferdy, “kebingungan dengan soal-soal ulangan”. Indra yang sudah selesai mengerjakan ulangan langsung ke depan untuk mengumpulkan jawabannya. Nih, jawaban no 1-10 “membisikan bahwa di kertas yang dia berikan itu jawabannya”. Akhirnya Dinda tertolong juga dengan jawaban yang diberikan Indra. Setelah selesai mengerjakan ulangan semua siswa boleh langsung pulang. Din aku tunggu di mobil ya?? “Ferdy ingin mengajak Dinda pulang bareng”. Eh, sorry Fer aku ada urusan soalnya. Tiba-tiba ada telpon masuk, Ferdy langsung mengangkatnya. Hey pecundang, kalau loe berani datang kesini. Setelah selesai menerima telepon Ferdy langsung mengumpulkan semua teman-temannya untuk tawuran, karena dia merupakan ketua gengnya. Sedangkan Dinda pulang, sebelum pulang Dinda melihat laki-laki yang membantu dia mengerjakan ulangan tadi. Hey!!! “memberhentikan mobilnya”. Laki-laki itupun berhenti, dan mendekati mobil Dinda. Maaf mbak, kenapa ya?? “tanya laki-laki itu heran”. Loe kan yang kasih jawaban ulangan tadi?? “tanya Dinda ke laki-laki itu”. Iya mbak “sahut laki-laki itu”. Loe mau kemana?? “tanya Dinda lagi, sambil membuka pintu mobilnya”. Mau pulang mbak “jawab laki-laki itu”. Ya udah bareng gue aja, dan loe gak boleh nolak “Dinda sedikit mengancam”. Karena dipaksa akhirnya laki-laki itu langsung naik ke mobil. Oh iya nama siapa?? “sambil menyodorkan tangan ke arah laki-laki tadi”. Ya Allah mimpi apa ya gue semalam bisa dekat dan ngobrol gini sama cewek yang selama ini gue idam-idamkan “batin sambil ngelamunin si Dinda”. Kok loe malah ngelamun sih “mencoba menyadarkan laki-laki itu”. Eh sorry, nama gue Indra “membalas salaman dari Dinda”. Oh iya, makasih ya bantuannya tadi “sambil tersenyum”. Iya sama-sama “sahut Indra”. Sebelum gue anterin loe pulang gimana kalau kita mampir di restauran nyokap gue sambil makan-makan. Gak ngerepotin nih mbak “tanya Indra”. Gak kok, oh iya jangan pangil gua mbak dong, emang gue mbak loe apa??, panggil gua Dinda aja. Hehehe, oke Dinda “sambil tersenyum”.
Akhirnya mereka berdua sampai juga di restauran itu. Hy mama, perkenalkan ini teman aku mah, namanya Indra “memperkenalkan Indra ke mamanya”. Hy nak Indra!! “sahut mamanya Dinda”. Hy jg tan “jawab Indra singkat. Setelah selesai makan Dinda langsung mengantar Indra pulang. Gimana rasa makanan di restauran nyokap gue?? “tanya Dinda”. Enak Din “jawab Indra”.
-skip di rumah Indra-
Akhirnya mereka sudah nyampe juga. Din gak mampir dulu “tanya Indra”. Lain kali aja ya Ndra “jawab Dinda”. Eh Fer, itu bukannya sih Dinda sama Indra anak katro itu “Ricky memberitahu kepada Ferdy sahabanya”. Oh iya ya, ntar gua bales tuh anak, berani-beraninya dia dekatin cewek gua. Setelah Dinda pulang, meraka langsung menuju rumah Indra. Pada saat itu orang tua Indra pergi kerumah orang tuanya, jadi Cuma dia sendiri di rumah. Tok....tok....”Ferdy mengetuk pintu”. Iya siapa?? “jawab Indra sambil menuju ke arah pintu”. Saat dia membuka pintu, diluar ternyata Ferdy dan teman-temannya. Ada apa Fer?? “tanya Indra sedikit merasa takut”. Jangan banyak nanya deh, ngapain loe pulang bareng cewe gue?? “tanya Ferdy dengan wajah kesal”. Gue Cuma diajak sama Dindah Fer “jawab Indra dengan sedikit gagap”. Alah, banyak alasan loe “Ferdy langsung menghajar Indra, bersama teman-temannya. Setelah membuat Indra babak belur, Ferdy dan teman-temanya langsung saja pulang.
Part 2
Sudah beberapa hari Indra gak masuk sekolah, Dinda merasa sedikit khawatir dengan sahabatnya Indra. Kenapa ya, Indra akhir-akhir ini gak masuk sekolah “pikirnya”. Tiba-tiba saat itu Ferdy datang dan mengagetkan Dinda pacarnya. Hey “sedikit mengaketkan dari belakang”, mikirin apa sih sayang?? “tanya Ferdy penasaran”. Gak papa ko sayang “jawab Dinda. Ayok jalan yuk !! “ajak Ferdy”. Bentar lagikan masuk sayang “jawab Dinda”. Hari ini kita bolos aja, gimana?? “mencoba mempengaruhi Dinda untuk bolos sekolah”. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Dinda setuju dengan ajakan Ferdy. Oke saya aku mau “jawab Dinda”, lalu Dinda menghampiri sahabatnya Diana untuk mengisi absenya Izin, dan menyuruh Diana untuk memberitahukan kepada guru, bahwa dirinya ada keperluan mendadak. Diana sahabanya sangat tidak suka kalau dia pacaran dengan Ferdy yang selalu membawa pengaruh buruk untuk Dinda.
-skip di bahu jalan-
Akhirnya Ferdy dan Dinda berhasil, melompati tembok yang cukup tinggi, beberapa saat kemudian, saat mereka berjalan di bahu jalan, ternya ada musuh Ferdy yang melihat mereka berdua. Eh, itukan si Ferdy, yang mukul kepala bos kita kemari pas tawuran “salah satu anak buah dari geng anak tawuran”. Hey, mau kemana loe bangsat?? “Teriak salah satu anak geng”. Ferdy langsung kabur melihat mereka, dan menyuruh Dinda pacarnya untuk sembunyi di sebuah semak-semak. Akhinya para geng itu hanya mengejar Ferdy. Haduh selalu aja begini kalau gua jalan sama Ferdy pacar gua, oh iya gua ke rumah Indra aja deh, mau liat kenapa dia gak masuk sekolah “bicara sendiri”. Karena malas menunggu Ferdy, dia langsung ke rumah Indra sahabatnya.
-skip di rumah Indra-
Setelah nyampe di depan pintu, Dinda mengetok sambil mengucap salam. Tok....tok....., asalamu’alaikum Ndra? “beberapa menit kemudian Indra menjawab salam dan membukakan pintu”. Waalaikumsalam “jawab Indra”. Setelah meliha keadaan Indra yang sangat parah, Dinda sangat kaget. Loe kenapa Ndra?? “tanya Dinda dengan cemas”. Gua habis jatuh dari motor Din “jawab Indra berbohong, karena dia tidak mau Dinda tau, kalau Ferdy yang mukul”. Bukannya loe gak punya motor Ndra??. Eh maaf, maksud gue di tabrak motor Din “hampir ketahuan kalau dia lagi bohong”. Loe udah makan belum?? “tanya Dinda”. Belum Din !! “jawab Indra”. Ya udah, gue bikinin loe bubur ayam ya?? “menawarkan bubur ayam”. Gak ngerepotin nih..? “merasa sangat senang sekali”. Gak kok, santai aja “jawab Dinda”. sepuluh menit kemudian bubur ayamnya matang juga, Indra merasa sangat senang sekali di suapin oleh Dinda, seorang wanita yang sangat dia cintai. Andai aja momen seperti ini tidak berlalu begitu saya, ya Allah sungguh bahagia banget yang hambamu rasakan hari ini “sambil melamun”. Kok loe malah ngelamun sih? “tanya Dinda”, melanjutkan pembicaraan, ayo buka mulut “sambil menyuapi Indra”. Hehehe, maaf Din “merasa sedikit malu”. Haduh, maaf ya Ndra!!, gua lagi dicariin pacar gue nih “setelah selesai melihat handphonennya Dinda langsung pamit untuk pergi.
-skip di rumah Ferdy-
Akhirnya Dinda nyampe juga di rumah pacarnya. Ferdy mana ya?? “tanyanya dalam hati”. Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi notivikasi handphonenya, ternyata sms dari Ferdy yang isinya “sayang masuk aja, aku tunggu kamu di kolam renang”. Setelah selesai membaca pesan itu Dinda langsung masuk. Hey Fer, kamu dari mana aja sih??. Maaf ya sayang tadi aku dikejar-kejar terus sama anak geng tawuran kemarin. Makanya Fer, jangan cari masalah terus sama mereka. Habis mereka itu pada belagu sayang “jawab Ferdy”. Tiba-tiba saja handphone Ferdy berdering, tapi Ferdy tidak berani mengangkatnya, karena yang menelpon adalah selingkuhanya. Kok gak diangkat sayang “tanya Dinda”. Gak penting saya, soalnya nomor baru “jawab Ferdy”. Tapikan itu bunyi terus saya “jelas Dinda”, siapa tau penting “lanjutnya”. Ya udah aku kesana sebentar ya mau angkat telpon “mencoba menghindar agar pembicaraan dengan selingkuhannya tidak diketahui oleh Dinda”. Okelah, kalau emang aku gak perlu tau “sedikit curiga”. Ferdy langsung pamit, setelah mengangkat telepon dari selingkuhannya. Aku pamit dulu ya sayang, soalnya ada hal yang penting nih!! “pamit ke Dinda”. Ya udah, aku juga mau pulang. Dinda sangat kecewa dengan sikap Ferdy yang akhir-akhir ini cuek.
Part 3
Sudah hampir 3 tahun Dinda dan Ferdy pacaran, tapi Dinda tidak pernah tau kalau Ferdy adalah cowok play boy. Karena dia terlalu dibutakan oleh cinta pacarnya si Ferdy. Pagi itu mereka duduk dibawah pohon besar, yang dimana ada sebuah kursi untuk dua orang, Dinda mulai membuka pertanyaan kepada pacarnya. Fer gak terasa ya, udah mau 3 tahun kita pacaran!!. Iya sayang, aku bahagia banget bisa jadi pacar kamu “jawab Ferdy”. Hum, kira kamu kalau udah lulus dari sini mau lanjut di mana Fer??. Yang pasti kita harus bareng sayang, biar ada yang jagain kamu “jawab Ferdy”. Setelah selesai ngobrol-ngobrol mereka berjalan ke arah kelas dengan sangat mesra sekali, Indra yang melihat hal itu sangat terlihat cemburu. Rupanya mereka semakin dekat aja “pikir Indra dalam hati”. Teng....teng....bel sudah mulai berbunyi, menandakan sudah masuk. Semua siswa mulai masuk ke ruangan mereka masing-masing. Saat itu, guru menyampaikan bahwa sebentar lagi mereka akan melaksanakan UN. Oke anak-anak, tolong perhatikan ke depan sebentar, seminggu lagi kita akan melaksanakan UN, maka dari itu untuk hari ini sampai minggu depan kalian belajar di rumah, untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi UN, karena bapak dan ibu guru mau mengadakan rapat tentang UN ini. Baik pak “jawab mereka serentak”. Semua siswa dan siswi merasa senang sekali karena pulang cepat. Ferdy mengajak Dinda nongkrong dulu sama dia, sebelum pulang, tapi sahabatnya Diana sangat khawatir dengan Dinda, karena di luar sana Ferdy banyak sekali musuhnya. Dinda sangat egois dan keras kepala, dia bersikeras menerima ajakan Ferdy, walaupun Diana sahabatnya mengingatkan agar tidak pergi nongkrong dengan Ferdy pacarnya. Din ntar jangan pulang dulu, aku mau ngajak kamu jalan-jalan??. Iya sayang aku pasti ikut “jawab Dinda”. Setelah mendengar ajakan Ferdy , Diana langsung menghampiri Dinda dan menariknya ke pojokan. Serius loe mau ikut Din. Iya Na, emangnya kenapa??. Soalnya Ferdy itu banyak musuhnya di luar sana Din, bahaya untuk kamu. Tenang aja Na aku bisa jaga diri. Sepertinya nasehat Diana percuma saja.
-skip di Mall-
Ferdy mengajak Dinda shoping di Mall, merupakan tempat pembelanjaan terbesar di kota itu. Saat asyik berjalan, tiba-tiba ada sekelompok remaja yang mengejar mereka berdua, remaja-remaja tersebut adalah musuhnya Ferdy, saat itu mereka berhasil tertangkap dan dipukuli sampai babak belur, sedangkan Dinda hampir mau diperkosa, tapi untung saja ada Indra yang menolong dengan beberapa temannya, dan warga disitu. Akhirnya para remaja itu kabur. Din, loe tidak apa-apa kan?? “tanya Indra”. Dinda hanya diam tanpa mengeluarkan satu katapun, dan langsung memeluk Indra. Ya Allah nyaman banget, kok hati ini semakin berdetak kencang “batin”, Indra merasa sangat senang dipeluk oleh Dinda. Sedangkan Ferdy merasa sangat kesal melihat Indra dan Dinda berpelukan. Awas aja loe Ndra, gue bales loe “batin”, kebencian Ferdy terhadap Indra semakin mendalam. Ayo Din, aku nganterin kamu pulang!! “ajak Indra”, sedangkan Dinda hanya diam, dan merurut saja ajakan Indra, sepertinya Dinda masih sock dengan kejadian yang menimpanya tadi.
-skip di Rumah Dinda-
Setelah sampai di rumah, Indra menggendong Dinda sampai ke depan pintu rumah. Dia mulai mengetok pintu sambil mengucap salam. Assalamualaiku, setelah beberapa kali mengucap salam, baru ada yang membuka pintu. Waalaikumsalam “jawab pembantu di rumah itu”. Eh non Dinda, apa yang terjadi mas?? “tanya pembantu itu ke Indra”. Tolong bantu saya dulu bi, ntar saya ceritakan kejadiannya!! “jelas Indra kepada pembatu itu”. Pada saat itu, kedua orang tua Dinda sedang berada di luar kota, mengurusi bisnis, Dinda jarang sekali mendapat perhatian kedua orang tuanya, dia hanya tingal bersama pembatu, tukang kebun dan beberapa satpam di rumahnya. Setelah menceritakan semua kejadian yang menimpa Dinda kepada pembantunya Indra langsung pamit pulang. Eh mas Indra, boleh bibi minta nomor handphone mas Indra, siapa tau saya membutuhkannya, jika tuan dan nyonya menanyakan kejadian yang menimpa non Dinda, soalnya saya orangnya sering lupa mas “jelas pembantu itu”. Oh iya bi!!, dicatat ya “memberikan nomor handphonenya”, setelah selesai memberikan nomor handphonenya, Indra langsung pamit pulang.
Setelah keluar dari rumah itu, Indra melihat sebuah mobil mewah datang, dan berhenti di depannya. Seseorang turun dari mobil itu, dan ternyata itu adalah ibunya Dinda. Kamu siapa nak?? “tanya ibu itu”. Saya Indra bu, teman Dinda “jawab Indra”. Kok gak masuk nak ?? “tanya ibu itu lag”. Saya baru aja dari dalam bu, habis nganterin Dinda pulang!! “jelas Indra”. Oh iya bu, saya pamit pulang dulu “sambil mencium tangan ibu itu”. Saat melihat keadaan Dinda yang diam saja, ibunya menanyakan sesuatu kepada pembantunya. Bibi “memangil pembantunya”. Iya nyoyah “jawab pembantu itu”. Dinda kenapa Bi?? “tanyanya khawatir”. Gini bu “menceritakan semua yang terjadi”. Setelah mengetahui kejadian yang dialami Dinda anaknya, dia langsung menelpon Indra, dan menyuruh Indra ke rumah. Bibi punya nomor telpon anak itu “tanya ibunya Dinda”. Ada nyah!! “jawab pembantunya”. Teng....teng...., suara bunyi handphone Indra. Dia sedikit ragu untuk menganggkat handphonenya, karena yang menelpon adalah nomor baru. Akan tetapi karena bunyinya udah lebih dari 3 kali, baru dia mengangkat handphonenya. Hallo, assalamualaikum “jawab Indra”. Nak Indra ya ? “tanya ibu di handphonenya”. Iya saya Indra ini dengan siapa ya Bu? “tanya Indra”. Saya Rini, ibunya Dinda, nak Indra bisa kesini gak nak??. Bisa bu “jawab Indra”.
Diapun langsung siap-siap menuju rumah Dinda, cewek yang paling dia cintai. Dia menempuh perjalan lebih kurang 20 menit, dengan menggunakan angkot umum. Sesampai di rumah Dinda. Dia langsung mengetok pintu sambil membawa salam. Assalamualaikum “sambil mengetok pintu”. Waalaikumsalam “jawab ibu Rini mamanya Dinda”, melanjutkan pembicaraannya, silahkan masuk nak “mempersihlakan Indra masuk”. Ibu Rini orangnya sangat baik hati, dia tidak membeda-bedakan teman main Dinda, asalakan anaknya baik. Ibu sudah tau semua kejadian yang di alami Dinda anak ibu, ibu mau kamu jagain Dinda ya nak !! “menyuruh Indra untuk menjaga anaknya”. Sebelum ibu mengatakan hal itu, saya pasti akan selalu menjaga Dinda bu “jawab Indra”. Makasih nak, ibu tidak menyuruh ini percuma, ibu akan memberikan kamu 5 juta/ bulannya. Mohon maaf bu, saya tidak bisa menerima itu semua, karena saya menjaga Dinda anak ibu sebagai sahabat saya sendiri, kalau ibu tetap memberi saya uang, maka saya tidak menerima permintaan ibu untuk menjaga Dinda anak ibu. Setelah mendengar perkataan Indra, ibu Rini sangat terharu dengan perkataan anak itu.
Part 4
Setelah beberapa bulan kemudian Dinda mulai berhubungan lagi dengan Ferdy pacarnya itu, walaupun sudah dilarang keras oleh ibunya, Dinda tidak pernah mau mendengarkan semua nasehat ibunya. Indra yang melihat hal itu hanya diam dan tidak berani berkata apa-apa pada Dinda. Sepertinya perjuanganku tidak pernah dihargai “pikir Indra”. Setiap harinya mereka semakin mesrah saja, Indra tidak sanggup melihat kemesraan mereka berdua. Seminggu lagi mereka akan keluar dari sekolah itu, dan akan melanjutkan ke jenjang SMA. Karena tidak mau bertemu dengan Dinda lagi, Indra ingin melanjutkan SMAnya di luar kota. Akhirnya semua murid lulus 100%. Ferdy dan Dinda masuk SMA di tempat yang sama, mereka semakin dekat dan romantis saja. Karena cintanya yang terlalu dalam ke Ferdy, dia tidak pernah percaya dengan perkataan sahabatnya Diana. Dia tetap saja pergi berduaan dengan Ferdy. Dia menanyakan hal aneh ke pacarnya . Fer, kamu serius gak sih cinta sama aku?? “tanya Dinda dengan tiba-tiba”. Ferdy memikir sejenak, serius dong sayang, aku cinta banget sama kamu “semoga aja Dinda percaya dengan jawabanku, pikir Ferdy. Makasih sayang “jawab Dinda dengan polos”. Pulang yuk “ajak Dinda”. Ayok “jawab Ferdy”. Ternyata Dinda cewek yang polos dan bodoh, dia mudah aja tertipu dengan semua perkataan Ferdy, karena cintanya yang sangan besar buat Ferdy, sehingga membutakan semua pikirannya.
-skip di rumah Dinda-
Sesampai di rumah, Ferdy langsung pamit pulang ke Dinda, tanpa bertemu dulu dengan ibu Rini, mamanya Dinda. Kamu habis dari mana aja?? “tanya ibunya”. Habis main mah, sama Ferdy pacar saya “dengan santai Dinda menjawabnya”. Terus sih Ferdynya kemana?? “tanya ibunya lagi”. Udah pulang mah! “jawab Dinda singkat”. Kebiasaan anak itu, gak ada sopan-sopannya sama sekali. Biarin aja sih mah “membela Ferdy”. Ya udah masuk sana, jangan lupa mandi dulu, baru makan, terus langsung tidur “jelas ibunya”. Dinda langsung masuk begitu saja, tanpa menjawab apa-apa. Saat mau tidur Dinda kepikiran sama Indra sahabatnya dulu. Kok gua kangen ya sama Indra “pikirnya”, kira-kira dia lanjut SMA di mana ya?? “tanyanya dalam hati”. Apa besok gua ke rumah Indra aja ya?? “Dinda sepertinya berencana ingin bertemu dengan Indra besok, dia meminta sahabatnya Diana untuk ke rumah dan langsung menelponnya. Teng....teng....,haduh siapa sih yang menelpon malam-malam gini, Diana sedikit kesal dengan bunyi handphonenya. Halo, siapa ya??, gak tau orang lagi tidur apa?? “sambil memejamkan matanya”. Sorry Na, ini gua Dinda!! “meminta maaf”. Oh Dinda, ada apa Din??, kok malam-malam gini nelpon “tanya Diana”. Besok loe bisa ke sini gak??. Oke, besok gue ke rumah loe, gua tidur dulu ya, assalamualaikum “langsung menutup handphonenya dan tidur”. Waalaikumsalam “jawab Dinda”.
Part 5
Keesokan harinya, pagi-pagi Diana langsung ke rumah Dinda, maklum hari itu hari minggu. Assalamualaikum, sambil mengetok pintu. Waalaikumsalam jawab pembantunya, eh non Diana, silakan masuk non!! “mempersilahkan Diana masuk”. Dindanya mana bi?? “tanya Diana kepada pembantunya”. Non Dinda lagi dandan non “jawab pembantu itu”. Setelah beberapa menit berbincang-bincang dengan Bi inem. Barulah Dinda keluar. Eh Diana, udah lama? “tanya Dinda”. Baru aja nyampekok “jawab Diana”. Oh iya Na, temanin gue ke tempat Indra dong, tiba-tiba aja gue pengen ketemu dia. Emangnya si Indra belum cerita ke loe Din !!. cerita apa sih Na “Dinda masih sedikit bingung”. Indra kan udah pindah ke luar kota “jawab Diana”. Haaaa, keluar kota, kok dia gak ngasih tau gue sih, tega amat tuh anak, masa gua sahabatnya gak tau!! “sangat kecewa setelah mengetahui Indra pergi tanpa pamit”. Kirain gua loe tau kalau dia mau pindah ke luar kota “jelas Diana”. Setelah mengetahui Indra pergi tanpa pamit terlebih dahulu pada dirinya, Dinda sangat membeci Indra. Sahabat macam apa’an dia itu “pikirnya”.
Karena tidak jadi ke rumah Indra Dinda mengajak Diana jalan-jalan ke taman. Na, kita jalan-jalan yuk?? “ajak Dinda”. Jalan-jalan ke mana Din?. Gimana kalau kita ke taman, gua bete aja, kalau di rumah gini gak ada kerjaan. Ya udah deh Din “dia hanya menurut saja dengan ajakan sahabatnya Dinda”.
-skip di taman-
Hampir 3 jam mereka berdua berjalan di taman tanpa tujuan. Din kita pulang ajak yuk “ajak Diana”. Ya elah baru 3 jam udah mau pulang “jawab Dinda”. Gue bete aja, jalan-jalan gak ada tujuan gini Din “sepertinya Diana sudah terlihat sangat letih”. Merekapun istirahat sebentar, untuk mengurangi rasa capek, tiba-tiba saja Ferdy datang. Hai Din, jalan yuk “ajak Ferdy”. Ayuk , jawabnya. Ya udah Na, loe pulang duluan aja, gua mau jalan-jalan dulu sama pacar gua. Nih anak, kalau udah sama Ferdy pasti gua di lupain begitu saja “batin”. Ya udah gua pulang “sedikit kesal.
Saat perjalanan pulang, tiba-tiba handphone Diana berdering, teng...teng..., dia melihat handphonenya, ternyata yang menelpon adalah ibu Rini, mamanya Dinda. Haduh gua harus jawab apa nih “sedikit panik”. Iya hallo, assalamualaikum bu “Diana sedikit takut”. Nak Diana, kok handphone anak saya Dinda gak bisa dihubungin?? “tanya ibu Rini dengan cemas”. Tadi handphonenya lowbet bu “jawab Diana”. Terus dia dimana sekarang “tanya ibu Rini lagi”. Maafin saya bu, saya tidak bisa menjaga amat ibu, sebenarnya Dinda udah pergi sama pacarnya Ferdy “jelas Diana”. Apa ...!! “marah”, lagi-lagi anak itu, bisa bikin Dinda celaka. Ibu Rini langsung menutup telepon.
Part 6
Beberapa bulan kemudian, saat itu Dinda berjalan dengan Diana di koridor sekolah, tiba-tiba Ferdy muncul. Sayang bareng aku yuk, “menarik tangan Dinda, sambil berjalan mengarah ke ruang kelas”. Dinda hanya menurut saja, tanpa bisa menolak ajakan Ferdy. Saat itu pelajar kosong, Ferdy mengajak Dinda pergi tawuran, dengan bodohnya Dinda hanya ngikut saja. Tapi sahabatnya Diana tidak mengetahui hal itu, Ferdy juga mengajak kedua sahabatnya Ricky sama Rama. Sayang ikut aku pergi yuk?? “ajak Ferdy”. Mau kemana sayang “tanya Dinda”. Aku hari ini mau ngasih pelajaran ke anak SMA sebelah, yang mukul aku kemarin “jelas Ferdy kepada pacarnya”. Oh, oke deh “menurut saja”. Ntar kamu selalu ada di belakang aku ya, biar gak terluka “jelas Ferdy ke Dinda”. Mereka berdua pura-pura pergi ke kantin, agar Diana gak mencurigai mereka berdua, setelah itu baru disusul sama Ricky dan Rama dari belakang.
Saat itu rama membawa rantai motor dan cerurit untuk bertarung, saat gengnya Ferdy kalah, dan lari terbirit-birit, Dinda kena lembaran batu dibagian punggungnya. Sedangkan Ferdy kabur tidak tau kemana, saat itu Indra sedang pulang kampung, dia melihat banyak orang yang kumpul dipinggir jalan, karena penasaran dia akhirnya turun, dan melihat seorang remaja yang tergeletak dibahu jalan, dia berjalan semakin mendekati remaja perempuan itu, sampai akhirnya dia mengetahui ternya itu Dinda, wanita yang sangat dia cintai. Dinda!!! “panggil Indra”. Dia langsung lari mengangkat Dinda ke mobil, pak tolong bantu saya angkat mbak ini ke mobil, dia sahabat saya “meminta tolong kepada bapak-bapak disampingnya”. Akhirnya Indra langsung membawa Dinda ke rumah sakit.
-skip di rumah sakit-
Saat itu Indra sangat panik dan mengkhawatirkan kondisi Dinda. Dia memandangi wanita yang sangat dia cintai itu masuk ke dalam ruang ICU, dan akan melangsungkan operasi, akan tetapi dokter tidak berani untuk melakukan tindakan operasi, karena tidak ada persetujuan dari keluarga Dinda. Indra mencari kontak keluarga Dinda di handphonenya, akhirnya dia baru ingat semua nomor handphone yang berkaitan dengan Dinda, dia hapus semua, mulai dari nomornya Dinda, Ibu Rini dan Diana sahabatnya Dinda. Saat itu dia lagi duduk di ruang tunggu sambil memengangi tasnya Dinda. Haduh kenapa gua bego gini ya, kenapa coba gua gak periksa isi tas Dinda siapa tau ada nomor telepon rumahnya atau nomor bu Rini “pikirnya”. Karena kepikiran terus dengan kondisi Dinda dari tadi, akhirnya dia tidak kepikiran untuk membuka tas itu. Pada saat dia membuka tas, dia menemukan handphonenya, tapi sayang handphone tersebut ada paswordnya. Haduh siap ada paswordnya “keluh Indra kesal”. Setelah beberapa menit dia memikirkan kunci pasword handphone tersebut, tiba-tiba ada panggilan masuk dari mamanya Dinda, dengan cepat Indra mengangkat handphone tersebut. Hallo Nak, kamu kemana aja, kok gak pulang, mama khawatir !! “mengira kalau itu anaknya”. Maaf tan, ini saya Indra, Dinda sekarang ada di rumah sakit, tante bisa ke rumah sakit Kasih Ibu sekarang “sambil memberitahukan alamatnya”.
Sambil menunggu ibu Rini datang Indra hanya mengkhawatirkan kondisi Dinda, yang sedang terbaring di dalam sana. Assalamualaikum, nak Indra, gimana kondisi Dinda nak?? “tanya Ibu Rini dengan muka yang sangat cemas”. Waalaikumsalam tan, Dinda di dalam tan, sambil mengantar Bu Rini ke dalam. Ini dok, keluarga pasien “memberitahukan ke dokter tersebut”. Kalau boleh tau ibu ini, siapanya Dinda?? “tanya dokter itu”. Perkenalkan saya Rini dok, ibunya pasien “jawab ibu Rini”. Ya udah bu, silahkan ibu menandatangani surat persetujuan ini “sambil menyodorkan selembar kertas”. Ini surat apa dok?? “tanya ibu Rini lagi”. Surat persetujuan untuk melakukan operasi terhadap Dinda anak ibu?? “jawab dokter itu”. Dengan cepat ibu Rini menandatangani surat tersebut, dan berkata lakukan yang terbaik untuk anak saya dok. Sambil mengangukan kepala dokter itu langsung mennyuruh mereka tunggu di luar dan memulai operasi.
Part 7
Setelah menunggu beberapa jam akhirnya operasi selesai juga, dokterpun mulai keluar dari ruangannya. Gimana dok operasinya?? “tanya Bu Rini”. Alhamdulillah lancar bu “jawab dekter itu”, melanjutkan pembicaraannya, sepertinya Dinda akan membutukan waktu beberapa minggu untuk siuman, dari pengaruh obat bius yang digunakan “menjelaskan kepada ibu Rini”. Lalu dokter itu pamit pergi, Indra menemani ibu Rini untuk menjaga Dinda di rumah sakit. Sepertinya kamu pulang aja nak, ntar orang tua mu kebingungan mencari kamu “kata bu Rini”. Gak papa bu, tadi saya baru aja bicara dengan orang tua saya, kalau saya lagi di rumah sakit jenguk teman “jelas Indra”. Ibu Rini menanyakan kejadian yang dialami oleh anaknya Dinda. Indrapun menceritakan semuanya. Mendengar cerita Indra kayaknya ibu Rini meminta Indra menjadi bodygat untuk Dinda, karena menurut bu Rini Cuma Indra yang bisa menjaga keselamatan Dinda. Nak Indra mau gak jadi bodygat anak saya, berapapun yang nak Indra minta saya akan bayar, demi keselamatan anak saya Dinda “kata Bu Rini”. Saya sih pasti akan selalu jagain Dinda bu, tapi Dindanya mau gak saya jagain ?? “tanya Indra”. Pasti mau nak “jawab Bu Rini”. Sudah beberapa hari Dinda tidak menyadarkan diri, Indra menemani Dinda sendirian di rumah sakit. Sedangkan Ibu Rini sendiri sibuk mengurus bisnisnya. Din andai kamu tau, kalau gua itu cinta banget sama kamu “mengungkapkan perasaanya, sambil memegangi tangan Dinda yang belum siuman dari masa kritisnya”. Andaikan kamu mencintai aku, aku adalah laki-laki yang paling bahagia di dunia ini Din “sambil menangis”. Saat itu Dinda udah siuman dia mengira Ferdy yang tidur di sampingnya ternya itu adalah Indra. Fer, bangun Fer “pangil Dinda, karena dia mengira Ferdy yang menemaninya. Eh Din, kamu udah siuman ya “tanya Indra”. Jangan sok perduli loe, sahabat macam apa’an loe itu, kok pergi gak pamit-pamit ke gua, emang loe anggap gue ini apa “marah sambil menangis”. Maaf in aku Din, aku tidak sanggup melihat kamu sama Ferdy bermesraan di hadapanku “batin”. Jawab Ndra, loe jangan diam aja “sambil memukul Indra”. Tanpa berpikir panjang Indra langsung memeluk Dinda sahabatnya, sejenak Dinda langsung terdiam. Maafin gue ya Din “tidak bisa menjelaskan apa-apa”. Oh iya Ndra, apa loe masih ngangep gue ini sahabat loe “tanya Dinda”. Gua akan selalu jadi sahabat terbaik loe Din “jawab Indra”, walaupu sebagai sahabat tidak apa-apalah, yang penting gue bisa dekat dengan orang yang gue cintai “pikir Indra”. Selama 2 minggu lebih Dinda di rumah sakit dan sekarang mereka akan pulang ke rumah. Dinda masih saja kepikiran dengan Ferdy pacarnya yang gak bertanggung jawab itu.
-skip di rumah Ibu Rini-
Sesampai di rumah Dinda langsung masuk ke kamarnya, tanpa menghiraukan Indra yang sudah mengantarnya pulang. Kok langsung masuk kamar sih, Indranya gak kamu temanin Din “tanya mamanya”. Aku capek mah, mau istirahat “jawab Dinda” langsung menuju ke arah kamarnya. Ya udah tan, aku pulang dulu, biarin Dindanya istirat. Iya nak, hati-hati . iya tan, assalamualaikum “sambil menciumi tangan ibu Rini”. Waalaikumsalam “jawab Ibu Rini dan suaminya”. Setelah beberapa menit Indra pulang, Bu Rini menarik tangan suaminya menuju kamar, sepertinya ingin membicarakan suatu hal yang penting kepada suaminya. Pak Haris adalah suami Bu Rini yang baru pulang dari Amerika, Miliader kaya yang memiliki banyak sekali perusahaan.
-skip di kamar-
Pah, gimana kalau kita jodohkan saja anak kita Dinda dengan Indra “memberitahukan pendapatnya kepada suaminya”. Kalau papah sih terserah mama, asalkan mama dan Dinda bahagia, papah pasti setuju “jawab suaminya”. Mendengar jawaban suaminya Bu Rini sangat senang sekali”.
Saat itu, Dinda dan Indra sangat akrab sekali, kemanapun mereka selalu berdua. Dinda sudah menganggap Indra adalah sahabat terbaiknya, kemanapun mereka selalu bersama. Sudah setahun lebih mereka bersahabat, semua berjalan baik-baik saja. Kedua orang tua Dinda merasa sangat senang melihat kedekatan mereka. Sampai akhirnya mereka membicarakan sesuatu yang sangat penting ke Indra. Kamu tau kan kenapa om sama tante memanggil kamu datang kesini!! “kata Bu Rini”. Saya kurang tau tan “jawab Indra”. Karena melihat kedekatan kalian, kami berencana ingin menjodohkan kamu dengan Dinda “jelas Ibu Rini”, apakah kamu mau?? “tanya Bu Rini”. Saya mau banget tan “jawab Indra”, melanjutkan pembicaraan, karena saya sudah lama banget mencintai Dinda anak tante. Mendengar hal tersebut Dinda sangat kecewa dan tidak menyangka kalau Indra mendekati dirinya, ternyata ada maunya. Aku tidak menyangka ya, ternya selama ini, kamu menolongku tidak ikhlas, ternyata kamu hanya ada maunya saja “sepertinya Dinda sangat kecewa, setelah mengetahui Indra menyukainya. Ya udah Din, kalau kamu tidak menyukaiku, aku akan pergi kok dari sini “Indra langsung pergi meninggalkan Dinda dan keluarganya, sepertinya dia sangat kecewa dengan sikap Dinda yang sangat keterlaluan”. Bapak sangat kecewa sama kamu Din, kamu sama sekali tidak menghargai kami sebagai orang tua mu “rupanya bapaknya Dinda sangat marah dengan sikap Dinda yang sangat menyakiti hati Indra, laki-laki yang selalu menolongnya dalam suka maupun duka. Karena Indra, kedua orang tuanya yang tidak lagi seperti dulu terhadap dirinya. Akhirnya Dinda semakin membenci Indra.
Part 8
Sudah 4 tahun berlalu, Indra lulus kuliah di Universitas Akutansi, sedangkan Dinda tidak melanjutkan kuliah, dia hanya bisa berfoya-foya dengan harta orang tuanya. Saat itu dia masih menjalin hubungan denga Ferdy pacarnya dulu. Hampir setiap hari Dinda pergi dengan Ferdy, kalau pulang pasti selalu mabuk-mabukan, dan lain-lainnya. Karena kelakuan Dinda tidak bisa dinasehati lagi oleh orang tuanya, karena sudah dalam dengan pengaruh buruk Ferdy pacarnya. Saat itu Pak Herman bapaknya Dinda menjalin kontrak yang sangat besar dengan perusahaan asing, hampir seluruh asetnya menjadi jaminan, jika proyeknya gagal. Saat itu Pak Herman pulang dari kantor. Tiba-tiba dia mendapat telepon, bahwa proyeknya yang senilai 10 teriliun terbakar hangus. Karena kejadian itu, semua aset Herman, mulai dari rumah, villa, kebun teh, kebun kelapak sawit, pertambangan batu bara, mobil, dan aset lainnya di sita semua oleh pihak bank, untuk membayar kerugian dari kerja sama oleh pihak asing. Setelah jatuh miskin, pak Herman sangat sok, dan mengalami lumpuh total, karena kerusakan sel otak. Ibu Rini hanya bisa meratapi nasib suaminya itu. Setelah melihat hal itu barulah Dinda menyadari semua kesalahannya. Dulu dia yang selalu berfoya-foya kekayaan orang tuanya sekarang untuk makan aja susah. Papah maafin Dinda, saya banyak sekali melakukan kesalahan terhadap papa dan mama. Ibu Rini hanya bisa memeluk Dinda dan memberinya semangat. Iya nak, papa sudah memaafkan kamu, tapi hanya satu permintaan papa, sebelum meninggalkan dunia ini “sambil mengelus rambut anaknya”. Apapun itu Dinda akan lakuin pah, asalkan papah bahagia “jawab Dinda”. Kamu mau kan menikah dengan Indra nak “sambil menghapus air mata anaknya”. Iya pah, aku mau, asalkan papa sembuh. Setelah selesai menyampaikan permintaannya. Pak herman langsung tidur, tanpa bernapas lagi, tubuh nya sudah membeku dan kaku. Dinda dan Ibu Rini hanya bisa menangis sambil memeluk badan yang sudah dingin itu. Setelah selesai melangsungkan pemakaman bapaknya, akhirnya beberapa bulan kemudian, Dinda melangsungkan pernikahan dengan Indra laki-laki yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Sebenarnya Dinda masih sangat mencintai Ferdy, tapi apa boleh buat, karena pesan dari ayahnya, akhirnya dia mau menikah dengan Indra.
Part 9
Sudah hampir satu tahun mereka menikah, akan tetapi mereka tidak pernah berhubungan badan, karena Dinda masih tidak terima dengan pernikahannya, dia menikahi Indra hanya karena wasiat terakhir bapaknya. Sedangkan Indra sendiri hanya menuruti semua kemauan Dinda. Saat itu Indra berkerja di sebuah perusahaan swasta, gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan istrinya Dinda. Hampir setiap hari Dinda bangun jam 11.00 siang, setelah bangun tidur Dinda hanya menonton TV, dan setiap minggu dia ke Mall dan Salon untuk perawatan Spa dan shoping. Sedangkan yang memasak, cuci pakaian dan merapikan rumah dilakukan oleh Indra suaminya. Dinda bagaikan ratu di rumah itu dan Indra tidak pernah membantah perkataan Dinda istri yang sangat dia cintai.
Pada saat itu Ibu Rini mamanya Dinda berkunjung ke rumah anaknya, saat itu Dinda tidak ada di rumah, dia pergi shoping dengan teman-temannya. Assalamualaiku “ucap Ibu Rini sambil mengetok pintu”. Waalaikumsalam “jawab Indra sambil membuka pintu”. Eh, nak Indra, istrimu mana nak?? “tanya Bu Rini”. Lagi keluar sebentar Bu “jawab Indra singkat”. Oh iya nak Indra, mama tidak sabar ingin mendapatkan cucu dari kalian berdua “jelas Bu Rini”. Iya mah, Allah belum memberikan momongan kepada kami, tapi kami selalu berusaha dan berdo,a semoga di kasih anak secepatnya “jawab Indra, menutupi kesalahan istrinya”. Dinda tidak ingin memiliki anak dari Indra, makanya setiap Indra mengajaknya berhubungan badan, pasti selalu ditolak oleh Dinda, dan dia mengancam untuk meninggalkan Indra, jika Indra memaksanya, akhirnya Indra hanya menurutinya. Tidak lama itu ada yang mengetok pintu, dan ternyata Dinda istrinya. Eh, ada mama juga ya?? “berjalan masuk, sambil mencium tangan ibunya”. Ibu Rinipun menyampaikan keinginanannya yang ingin segera memiliki cucu. Mendengar keinginan ibunya, Dinda hanya diam dalam hati.
Pada saat itu Ibu Rini menginap beberapa hari, Dinda dan Indra pura-pura memperlihatkan kemesraannya di depan Ibunya. Agar ibu Rini tidak mencurigai keduanya. Dinda lebih sering bangun cepat dan memasak untuk Indra, dan masakannya itu sungguh gak enak kadang ikannya asin, dan sayurnya tawar tanpa rasa. Enak bangat masakanmu sayang “memaksakan diri untuk menghabiskan masakan yang sangat tidak enak itu”. Karena tidak ingin menyakiti perasaan istrinya yang baru itu memasak untuknya, Indra memaksakan diri menghabiskan makanan tersebut. Sedangkan Dinda sendiri masa bodoh dengan rasa masakannya. Karena ibunya menginap beberapa hari mereka sering menghabiskan waktu berdua di dalam kamar. Agar mamanya Dinda tidak mengetahui semua yang terjadi dengan rumah tangga mereka.
Setelah beberapa hari menginap, akhirnya ibu Rini pulang juga. Seperti biasa kemesraan dan kebersamaan mereka di kamar hilang begitu saja. Sebelum berangkat kerja, Indra melihat istrinya masih tidur, dia memasak makanan kesukaan istrinya, saat itu dia masuk kamar sambil mengelus rambut istrinya. Mah... “panggil Indra kepada istrinya yang masih tidur”, papah berangkat dulu “sambil mencium kening istrinya”, Dinda tidak mengetahui hal itu, karena dia masih tertidur pulas. Indrapun langsung berangkat.
Sesampai di kantor Indra melihat temannya Roni. Hai Ron “sapa Indra”. Iya Ndra, hai juga “jawab Roni”. Apa yang kamu bawa itu Ndra “tanya Roni”. Oh, ini aku bawa bekal dari rumah, masakan istriku “jawab Indra berbohong, karena dia tidak ingin temannya tau hubungan dia dengan istrinya”. Semua teman kantor Indra mengetahui bahwa Dinda istrinya adalah istri yang paling baik, itu yang Indra ceritakan tentang Dinda. Saat dia pulang kantor, dia melihat Dinda istrinya sedang mual-mual. Dia mengira Dinda sedang masuk angin, akhirnya dia membawa Dinda ke rumah sakit. Sebenarnya istri saya sakit apa dok?? “tanya Indra kepada dokter”. Bapak tidak usah khawatir karena istri anda baik-baik saja, sebenarnya dia itu hamil “jawab dokter itu”. Indra merasa sangat senang bukan main mendengar kabar itu, dia mengingat saat mertuanya datang ke rumah, mereka sempat berdua’an di dalam kamar dan berhubungan badan. Sedangkan Dinda yang mengetahui dirinya sedang mengandung dia sangat marah ke Indra, dan semakin benci kepada suaminya. Semenjak kejadian itu, Dinda bertidak semena-mena kepada suaminya. Dok saya mau gugurin aja kandungan saya “memberitahukan kepada dokter itu”. Loh kenapa bu, kalau ibu mengugurkan kandungan ibu, maka ibu tidak akan bisa hamil lagi, karena hamil pertama akan terkontaminasi dengan hamil yang berikutnya “jelas dokter itu”. Indra menjelaskan kepada Dinda, kalau ibunya ingin segera menimang cucu. Setelah mendengar penjelasan Indra, mengenai ibunya yang ingin menimang cucu, akhirnya dia menyetujui kehamilannya itu, walaupun dalam hatinya dia sangat membenci suaminya.
-hamil pertama – 9 bulan-
Mulai awal hamil, sampai melahirkan Indra mengurus semua keperluan Dinda istrinya, mulai membawakan sarapan ke tempat tidur, memberikan vitamin, dan menyiapkan air hangat untuk istrinya mandi. Indra memperlakukan Dinda istrinya benar-benar seperti ratu, hampir semua keperluan Dinda dia siapkan, belum lagi mengerjakan tugas kantor di rumah. Itu semua dia lakukan karena dia sangat menyayangi istrinya. Setelah kandungan beberapa bulan Dinda mengeluh perutnya sering sakit, akhirnya Indra membawa istrinya kerumah sakit. Disana Dinda dilakukan pemeriksaan USG, dan ternya Dinda mengandung anak kembar, laki-laki dan perempuan. Selama sembilan bulan Dinda mengalami masa sulit karena kehamilannya, sebab dia jarang gerak, karena semua pekerjaan rumah tangga dan kantor Indra semua yang melakukannya. Sembilan bulan kemudia kemudian akhirnya Dinda akan melahirkan juga, dan dia harus dioprasi. Semua yang dia alamami selama ini, itu semua kesalahan suaminya Indra. Semenjak Dinda hamil dia semakin membenci suaminya.
Part 10
Sepuluh tahun kemudian, sudah hampir 12 tahun mereka menikah, dan sekarang adalah hari ulang tahun anaknya yang ke sepuluh, ulan tahun kedua anaknya hanya Indra yang mengadakan bersama dengan kedua anaknya, sedangkan Dinda hanya asyik shoping bersama teman-temannya. Papah , “panggil kedua anaknya”. Iya ada apa nak “jawab Indra”. Kok mamah gak penah rayain ulan tahun barang kita pah “tanya anaknya lagi”. Kalian kan ada papah disini, lagi pulakan mamah lagi sibuk “jawab Indra sambil memeluk anak-anaknya, dia sudah tidak tahan membendung air matanya”. Papah kok nagis “mengusap air mata ayahnya”. Papah gak nangis sayang, papah sangat bahagia, bisa memiliki kalian berdua, mungkin kalau gak ada kalian papah akan hidup kesepian sendirian “jelas Indra ke anak-anaknya”. Kok papah bilang gitu, kan masih ada mamah. Mamah kalian sangat sibuk nak “menyembunyikan keburukan istrinya kepada anak-anaknya, agar anak-anaknya tidak membenci ibunya. Setelah beberapa bulan kemudian Dinda lebih sering ke mall. Saat itu dia ingin belanja sepatu yang keluaran terbaru atau limited edition. Saat dia mau mengambil dompetnya unuk membayar sepatu tersebut, ternyata dompernya tidak ada, dengan cepat dia menelpon suaminya. Tek...tek..., di saat sedang rapat Indra melihat ada panggilan masuk dari istrinya, karena takut istrinya marah, dengan cepat dia pamit keluar ruangan untuk mengangkat telpon tersebut. Hallo, assalamualaikum sayang, ada apa “jawab Indra”. Tanpa menjawab salam, Dinda seperti biasa langsung marah-marah, mas liat dopet aku yang di tas merah gak?? “tanya dia dengan nada kesal”. Oh iya sayang, mas lupa masukin lagi ke tas mu, soalnya kemarin anak-anak mau beli ice cream, karena gak ada uang kecil aku pinjam duit kamu dulu!! “jawab suaminya dengan lembut”. Dengan suara yang sangat marah Dinda langsung menutup telepon suaminya. Setelah beberapa menit kemudian, Imdra menelpon istrinya. Iya ada apa lagi “jawab istrinya cuek”. Bentar sayang, aku pulang dulu kerumah, sebentar lagi dompetnya aku antar ke tempatmu, kamu di mall mana sekarang “tanya suaminya, karena takut dimarahin lagi sama istrinya”. Setelah menyebutkan alamat mall, Dinda langsung mematikan handphonenya. Sebenarnya penjaga mall sudah memperbolehkan pulang, dan membayarnya besok,karena disitu tempat langganan dia shoping. Akan tetapi karena gensi untung ngutang, dia tetap menunggu suaminya. Apa lagi di situ ada musuh besarnya, makanya dia malu untung ngutang dulu. Karena terlalu lama menunggu, akhirnya dia menelpon lagi suaminya, biasanya sekali atau dua kali dia telpon, pasti langsung diangkat oleh suaminya, dia menelpon beberapa kali telponnya tidak diangkat-angkat juga. Dinda mulai kepikiran dengan suaminya, kok tumben ya dia tidak mengangkat telponku, biasanya sekali dua kali aku telpon, pasti langsung diangkat “pikirnya”. Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya ada panggilan dari suaminya, dengan cepat dia mengangkat dan bersiap-siap untuk memarahi suaminya Indra. Hallo, assalamualaikum “sapa suara yang tidak ia kenal”. Waalaikumsalam , bapak siapa ya?? “tanya Dinda, menahan amarahnya”. Apa benar ini istrinya pak Indra?? “tanya suara yang dia belum kenal”. Iya pak benar, saya istrinya “jawab Dinda sedikit khawatir”. Saya dari kepolisian bu, ingin melaporkan bahwa pak Indra mengalami kecelakaan dan jenazahnya akan kami bawa ke rumah sakit ‘jelas polisi itu”. Oh iya pak “dengan santai Dinda menjawab”. Setelah menerima telpon itu, Dinda menjadi diam membeku, dia bingung apakah harus senang apa sedih kepergian suaminya, sepertinya dia tidak merasakan kesedihan sama sekali.
Part 11
Semua keluarga Indra berkumpul di rumah sakit, dan termasuk Ibu Rini mamanya Dinda, semuanya menangis termasuk kedua anaknya yang sangat akrab dengan Indra ayah mereka, sedangkan Dinda tidak pernah ada waktu buat anak-anaknya. Dinda masih terlihat sangat tenang, Cuma dia yang tidak menangis kepergian Indra suaminya. Dia hanya sibuk menghibur keluarga Indra yang sangat terpukul dengan kepergian Indra. Sampai pada waktu pemakaman suaminya, dia melihat wajah yang sangat ia benci itu masuk ke dalam liang lahat dengan senyuman yang sangat indah, Dinda juga belum merasakan kehilangan suaminya.
Saat itu semua keluarganya pulang, Dinda dan anak-anaknya pulang di anterin bu Rini mamanya, kamu yang tabah ya nak, jagalah kedua anak mu, karena suami mu sudah tidak ada lagi sekarang “sambil memeluk Dinda anaknya”, selesai mengantar anaknya, Ibu Rini langsung pulang. Sedangkan Dinda langsung menidurkan anak-anaknya, yang biasa pekerjaan itu dilakukan oleh suaminya Indra. Setelah menidurkan anak-anaknya, dia mulai merasakan kehilangan suaminya yang sangat ia benci selama ini. Dinda mulai mengeluarkan air mata dan menangis, mengingat perlakuannya kepada suaminya, sampai akhirnya dia ketiduran.
Paginya dia bangun, dia memangil-manggil suaminya. Mas Indra, tolong ambil handukku mas “yang dia saat dia bangun langsung mandi”. Dia memanggil-manggil nama suaminya, sampai akhirnya dia mengingat bahwa suaminya telah tiada. Diapun keluar dari kamar mandi mengambil handuknya sendiri sambil menangis. Saat dia keluar kamar biasanya sarapan sudah tersedia di meja makan. Selama ini dia yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah suaminya, setelah kepergian suaminya dia merasa sangat kehilangan, sampai akhirnya dia sekarang menyadari bahwa dia sangat mencintai suaminya. Dinda mengingat semua kejadian di pagi hari saat dia memarahi suaminya gara-gara, suaminya asal menaruh handuk basah selesai mandi, kadang dia marah saat suaminya lupa mematikan krak air, kadang marah saat suaminya berantakan saat membuat kopi di atas meja. Saat itu dia mengharapkan terjadi lagi, Dinda juga tidak tau makanan kesukaan dan apa yang tidak disukai suaminya selama pernikahannya, karena yang melayani semua kebutuhannya adalah suaminya. Sedangkan dia hanya menghabiskan waktu di mall dan salon. Yang bikin Dinda kaget lagi setelah dia mengetahui kalau gaji suaminya diberikan kepada dia semua, terus selama ini suamiku membiayai keperluan rumah tangga uang dari mana pikirnya, sedangkan gajinya dia berikan kepadaku semua. Yang bikin Dinda menangis lagi saat dia tau bahwa di kantor, suaminya sering memuji masakannya, padahal dia tidak pernah memasak untuk suaminya. Semuanya dia menyesalinya. Saat itu dia bingung untuk melanjutkan kehidupannya, apalagi harus mengur kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Disaat kebingungan itu, datanglah pengecara Indra yang menyerahkan asurasi kematian suaminya, dan beberapa tabungan Indra, yang dia kumpulkan untuk masa depan anak-anaknya dan surat wasiat dari Indra.
Hai istriku tersayang, aku tau selama ini kamu tidak pernah mencintaiku, kanena kita menikah di jodohkan oleh orang tuamu. Makanya sebagai rasa bersalahku, aku membiarkanmu memilih kehidupanmu selama ini, aku tidak penah marah kau bangun terlambat, aku tidak penah marah kau pergi kesalon atau mall, aku tidak pernah marah kau tidak mengurus anak-anak, itu semua aku lakukan adalah untuk menebus semua kebahagiaan mu yang aku rampas selama ini. Sebelumnya aku di vonis oleh dokter bahwa hidupku tidak akan lama lagi, makanya aku mengikuti asuransi kematianku dan aku menabung untuk masa depan anak-anak kita, terimakasih istriku sayang, selama ini engkau memberikan kebahagiaan untukku. Aku ingin disaat aku pergi kamu tidak membenciku lagi
Love you sayang, salam suamimu “Indra”
Setelah selesai membaca surat wasiat itu, Dinda menangis, sekeras-kerasnya sampai dia tidak menyadarkan diri. Setelah kejadian itu Dinda mulai bangkit dan merawat anak-anaknya sendiri, karena mengetahui kematian Indra, mantan pacarnya dulu datang melamarnya, yaitu Ferdy. Din Indrakan sekarang sudah tiada, aku kesini datang untuk melamarmu, lagi pula kamukan tidak pernah mencintai suamimu itu “kata Ferdy”. Mendengar perkataan Ferdy dia langsung marah dan meingusir Ferdy dari rumahnya. Walaupun suamiku tidak ada lagi di dunia ini, tapi dia selalu ada di hatiku dan tidak akan pernah tergantikan “jelas Dinda”. Semenjak itu Dinda tidak mau menikah lagi, dia tetap setia kepada suaminya, seperti yang dilakukan suaminya terhadapnya dulu.
“THE AND”
Pesan : jangan pernah menyia-nyiakan orang yang sangat mencintaimu, karena kelak disaat dia pergi meninggalkanmu, pasti kamu akan sangat menyesalinya.
Salam Penulis
( Anas Ariansyah )
Komentar
Posting Komentar